Dolar AS Perkasa, Tren Penguatan Rupiah Tak Berlanjut

Agatha Olivia Victoria
6 November 2019, 09:15
Rupiah, Nilai Tukar Rupiah, Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS di Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (1/11/2019).

(Baca: Tertekan Ekonomi AS dan Global, RI Diramal Hanya Tumbuh 5,2% pada 2020)

Survei atas sektor jasa di AS menunjukkan sentimen pelaku usaha membaik pada Oktober, dari level terendah dalam tiga tahun pada September lalu. Ini tercermin dari Indeks ISM sektor non-manufaktur yang naik dari 52,6 pada September menjadi 54,7 pada Oktober.

Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan imbal hasil surat utang AS naik seiring bagusnya data ekonomi AS. Hal ini menjadi faktor penahan penguatan lebih lanjut nilai tukar rupiah. 

Meski begitu, ia melihat masih ada faktor penyokong penguatan rupiah yakni perjanjian dagang AS Tiongkok fase satu. Dengan kesepakatan ini, AS membatalkan rencana kenaikan tarif pada 15 Oktober 2019 terhadap impor asal Tiongkok senilai US$ 250 miliar dari 25% menjadi 30%.

Meskipun, rencana kenaikan tarif pada 15 Desember 2019 masih sesuai rencana. Rencana tersebut akan menyasar produk Tiongkok senilai US$ 160 miliar yang akan dikenakan tarif sebesar 15%.

Tjendra memperkirakan, rupiah berpotensi bergerak di antara Rp 13.900 - 14.030 per dolar AS pada perdagangan hari ini. "Sentimen perang dagang bisa mendukung rupiah bertahan di bawah Rp 14.000 per dolar AS hari ini," ucap dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...