Rupiah Dibuka Menguat Tipis Berkat Kesepakatan Brexit
Pembahasannya kerap terjadi tanpa kesepakatan serta penolakan. Perdana Menteri Inggris sebelumnya, Theresa May gagal mendapat persetujuan parlemen Inggris dan Uni Eropa sampai akhirnya ia mengundurkan diri.
Adapun, Perdana Menteri Inggris yang baru, Boris Johnson bertekad menyelesaikan Brexit pada 31 Oktober hingga akhirnya tercapai. Meski begitu, Nafan menyebutkan bahwa kesepakatan ini masih menunggu sikap parlemen Inggris. Jika reaksi parlemen Inggris tak seperti yang diharapkan, rupiah bisa berbalik melemah.
(Baca: Utang Pemerintah Semakin Tebal, JK: Tak Apa, Asal Bisa Bayar)
Di sisi lain, menurut ia, pasar hari ini menunggu rilis data Tiongkok. "Data Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan menurun dari 6,2% menjadi 6,1% di kuartal ketiga ini. Sehingga ini akan membuat rupiah berpeluang menguat," ujarnya.
Dari domestik, situasi politik yang dipelihara baik pemerintah dinilai pasar menjamin stabilitas fundamental secara efektif. Apalagi, kata Nafan, saat ini penantian pelantikan presiden dsn peentapan kabinet menteri juga kondusif sehingga dipastikan berdampak positif kepada mata uang Garuda. Ia pun memproyeksikan rupiah akan berada di antara Rp 14.125 - Rp 14.175 per dolar AS.