Soal Pelemahan Rupiah, BI: Imbas Perang Dagang AS-Tiongkok

Rizky Alika
6 Mei 2019, 19:12
perang dagang AS-Tiongkok, pergerakan rupiah, Trump, pertumbuhan ekonomi 2019
Ilustrasi, rupiah pada perdagangan hari ini, Senin (6/5), sempat menyentuh Rp 14.300 per dolar AS akibat perang dagang AS-Tiongkok yang memanas.

Nilai tukar rupiah sempat menyentuh posisi 14.300 per dolar Amerika Serikat (AS) pada siang ini. Hal tersebut seiring dengan rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2019 yang di bawah ekspektasi pasar.

Namun, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan pelemahan rupiah bukan dipicu oleh kondisi domestik, melainkan faktor global. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kemarin mengancam akan menaikkan tarif terhadap produk dari Tiongkok. 

Pernyataan Trump tersebut berdampak pada pelemahan mata uang yuan Tiongkok.  "Ancaman itu agak surprise bagi market. Dengan statement itu semua jadi berbalik," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (6/5).

(Baca: Perang Dagang AS-Tiongkok Panas Lagi, Rupiah Melemah ke 14.300 per US$)

Seiring dengan hal tersebut, indeks dolar AS, DXY index, masih di posisi 97,5. Adapun, DXY index sempat naik ke level tertingginya sejak Mei 2017, yaitu 98 pada dua pekan lalu. Indeks saham di Negeri Tirai Bambu menurun tajam sebesar 5%. Selain itu, saham di seluruh dunia juga ikut rontok.

Namun, menurut Nanang, dampak pernyataan Trump tersebut diperkirakan hanya sementara. "Ini dinamika jangka pendek, fluktuasi biasa. Tidak perlu dicemaskan," ujarnya.

Dari faktor domestik, BI memandang ada faktor musiman yang memengaruhi peningkatan permintaan dolar. Hal ini disebabkan adanya musim pembagian dividen dan peningkatan impor. Namun, hal ini hanya bersifat sementara.

(Baca: Perang Dagang Kembali Memanas, IHSG Rontok 1%)

BI akan selalu ada di pasar untuk memastikan stabilisasi rupiah tetap terjaga. Adapun, BI telah melakukan triple intervention melalui stabilisasi di pasar spot pada hari ini.

Intervensi dilakukan dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) guna meningkatkan ketersediaan dolar dan melakukan lelang pasar valas berjangka domestik (Domestic Non Delivery Forward) pada pagi hari. Selain itu, BI juga melakukan proffiling DNDF dari delapan broker.

(Baca: Di Bawah Prediksi, Ekonomi Kuartal I-2019 Cuma Tumbuh 5,07%)

Tiongkok Kaji Batalkan Negosiasi dengan AS

Pada Ahad lalu, Trump mengancam akan menaikkan bea impor produk-produk asal Tiongkok dengan nilai US$ 200 miliar atau sekitar Rp 2.800 triliun dari 10% menjadi 25%. Kenaikan bea impor sebesar tersebut akan diterapkan mulai Jumat pekan ini.

Trump juga akan mengenakan bea masuk sebesar 25% terhadap produk teknologi asal negara tersebut senilai US$ 50 miliar atau sekitar Rp 700 triliun. Selain itu, ia akan menaikkan tarif menjadi 25% untuk produk impor dari Tiongkok senilai US$ 325 miliar atau sekitar Rp 4.550 triliun.

Pemerintah Tiongkok mempertimbangkan untuk membatalkan perundingan dagang dengan Amerika Serikat (AS) pada Rabu ini setelah Presiden Donald Trump mengancam akan menaikkan bea impor produk-produk itu. Pertimbangannya karena Tiongkok tidak ingin melakukan perundingan di bawah ancaman AS.



Reporter: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...