Mendikbud Lihat Lulusan SMK Banyak Menganggur karena Masalah Industri

Rizky Alika
8 November 2018, 20:00
Kejuruan
ANTARA FOTO/Moch Asim
Sejumlah siswa mengerjakan soal pelajaran produktif teknik audio video (TAV) saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) susulan di SMK Negeri 2 Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/4).

Adapun keterbatasan guru juga jadi masalah unuk pengembangan lulusan SMK. Muhadjir menjelaskan, jumlah guru bidang yang dibutuhkan mencapai 91 ribu orang. Namun, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) tidak mencetak calon guru sesuai bidang, seperti pertanian, kelautan, atau industri kreatif. Guru yang dicetak dari LPTK hanya mengusasi ilmu murni.

Merespons kondisi tersebut, pemerintah tengah membuat program keahlian ganda, yaitu guru-guru yang memiliki keahlian murni dikirim ke perusahaan untuk peningkatan keahlian. "Kami ada kajian bagus, guru fisika yang masuk otomotif ternyata lebih bagus dibanding yang (dari ilmu) murni," katanya.

Adapun beragam upaya peningkatan kualitas SMK telah tertuang dalam Inpres Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi SMK dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia. Upaya yang dimaksud di antaranya pembuatan peta jalan pengembangan SMK, pengembangan dan penyelarasan kurikulum.

Selain itu, inovasi pemenuhan dan peningkatan profesioalitas guru dan tenaga pendidik, kerja sama sekolah dengan dunia usaha dan industri maupun perguruan tinggi, peningkatan akses sertifikasi lulusan dan akreditasi SMK, serta pembentukan kelompok kerja pengembangan SMK.

Ia optimistis lewat pelaksanaan Inpres tersebut, lulusan SMK lebih berdaya saing ke depan. “Saya yakin lulusan 2-3 tahun ke depan telah berada dalam posisi yang tepat," ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) paling tinggi terjadi di kalangan angkatan kerja berpendidikan menengah. TPT pada lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu 11,24%, melonjak dibandingkan Februari tahun ini yang sebesar 8,92%, namun turun dibandingkan Agustus tahun lalu 11,41%.

Selanjutnya, TPT pada lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) 7,95%, lebih tinggi dibandingkan Februari tahun ini 7,19%, namun turun dibandingkan Agustus tahun lalu yang mencapai 8,29%.

Di sisi lain, TPT lebih kecil tercatat terjadi di kalangan lulusan diploma dan universitas. TPT pada lulusan Diploma I/II/III tercatat sebesar 6,02%, turun dibandingkan Februari lalu 7,92%, maupun Agustus tahun lalu yang sebesar 6,88%. Lalu, TPT untuk lulusan universitas tercatat sebesar 5,89%, turun dibandingkan Februari tahun ini 6,31%, namun lebih tinggi dibandingkan Agustus tahun lalu 5,18%.

Sementara itu, TPT paling kecil terjadi atas angkatan kerja yang berpendidikan rendah. TPT pada lulusan Sekolah Menegah Pertama (SMP) tercatat 4,8%, lebih rendah dibandingkan Februari tahun ini 5,18%, maupun Agustus tahun lalu 5,54%. Begitu juga TPT pada lulusan Sekolah Dasar (SD) tercatat 2,43%m lebih rendah dibandingkan Februari tahun ini 2,67%, dan Agutus tahun lalu 2,62%.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...