Kendalikan Defisit Transaksi Berjalan, Bunga Acuan BI Naik 25 Bps

Rizky Alika
15 Agustus 2018, 16:04
perry warjiyo
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan saat seminar ekonomi internasional di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (28/4). Seminar yang diselenggarakan Bank Indonesia itu membahas tentang pandangan ekonomi global dari perspektif ASEAN.

Perry menekankan, tingkat suku bunga yang ada sekarang berusaha supaya pasar keuangan domestik tetap menarik di mata para pelaku pasar. Hal yang perlu dipertimbangkan lebih jauh adalah perkembangan premi risiko di tengah ketidakpastian ekonomi global.

“Kami memandang kenaikan 7-DRRR sebesar 25 basis poin diharapkan bisa mengkompensasi dan bisa lebih tinggi dari kenaikan premi risiko. Jadi, daya tarik dari pasar keuangan domestik tetap baik,” ucap Perry.

Terkait ruang penaikan suku bunga acuan pada bulan-bulan mendatang, BI menyatakan akan dilakukan pemantauan kembali pada September 2018. Bank sentral memastikan siap mengkalibrasi lagi tingkat suku bunga 7-DRRR sejalan dengan dinamika pasar keuangan global dan domestik.

Kenaikan suku bunga acuan bank sentral menjadi 5,50% didukung pula oleh strategi operasi moneter melalui penguatan konvergensi suku bunga pasar uang antar bank. Sasarannya tak lain guna memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter.

Di pasar uang, BI juga melanjutkan langkah-langkah akselerasi pendalaman. Sebagai contoh, keberhasilan implementasi Indonia akan diikuti dengan pengembangan instrumen OIS (Overnight Index Swap) dan IRS (Interest Rate Swap). Strategi ini diharapkan dapat mengefisienkan struktur suku bunga pasar.

Untuk pasar valuta asing, bank sentral meningkatkan efektivitas penyediaan swap valas baik dalam rangka operasi moneter maupun dalam rangka hedging dengan harga lebih murah. Seluruh kebijakan ini ditujukan untuk memperkuat alternatif instrumen pengelolaan likuiditas dan mendukung stabilitas kurs rupiah.

Adapun, soal pasar global, Perry berpendapat bahwa dinamika keuangan global meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak merata. Perekonomian AS diprakirakan tetap tumbuh didukung akselerasi konsumsi dan investasi. Untuk Eropa, Jepang, dan Tiongkok diproyeksikan cenderung menurun.

Bank sentral AS alias The Federal Reserve diprakirakan bakal melanjutkan rencana kenaikan Fed Funds Rate secara bertahap. Sementara itu, European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) agaknya menahan diri. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...