BPS: Bantuan Pangan Non-Tunai Tekan Angka Kemiskinan di Bawah 10%

Michael Reily
16 Juli 2018, 17:53
Miskin
Arief Kamaludin | Katadata
Seorang ibu setengah baya tengah berjalan sambil membawa karung berisi plastik bekas.

Dia pun meminta pemerintah tetap menaruh perhatian terhadap masalah pengentasan kemiskinan, terlebih dengan adanya disparitas kemiskinan yang cukup mencolok antara wilayah perkotaan dan perdesaan. 

Menurut catatan BPS,  jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan  sebanyak 10,14 juta orang per Maret 2018 atau sekitar 7,02% dari jumlah penduduk. Sedangkan di perdesaan tercatat ada sekitar 15,81 juta penduduk miskin atau sekitar 13,20%. 

Di samping itu, tingkat kemiskinan antara wilayah barat dan timur Indonesia pun masih timpang secara persentase. “Pembangunan infrastruktur di Indonesia diharapkan jadi solusi,” kata Suhariyanto.

Sementara itu, rasio gini atau tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk pada Maret 2018 tercatat sebesar 0,389, turun 0,0002 poin dibandingkan September 2017. Distribusi pengeluaran penduduk 40% terbawah sebesar 17,29%, penduduk 40% menengah 36,62%, dan penduduk 20% atas 46,09%.

Namun, ketimpangan masih tinggi untuk 8 provinsi di Indonesia dengan perhitungan di atas rasio gini nasional. Daerah Istimewa Yogyakarta menempati rasio gini tertinggi 0,441, diikuti Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Papua Barat, Sulawesi Utara, dan Jakarta. Sementara rasio gini terendah ada pada Bangka Belitung 0,281.

Peneliti Institute for Development of Economic and Fincance (Indef) Bustanul Arifin  mengaku khawatir bakal terjadinya ketimpangan di perdesaan dan perkotaan yang dapat  semakin bertambah, salah satunya karena  Nilai Tukar Petani (NTP) terus menurun.

NTP  per September 2017 sebesar 102,22 turun menjadi 101,94 pada Maret 2018. “Pendapatan petani dari penjualan hasil pertaniannya masih rendah dibandingkan pengeluaran petani,” ujar Bustanul.

Terlebih, harga barang jadi atau barang konsumsi terus mengalami peningkatan. Dia pun khawatir tingkat kemiskinan perdesaan sulit untuk turun.

Sebab dari data BPS,  komoditas makanan berkontribusi besar terhadap garis kemiskinan, seperti beras sebanyak 20,95% di kota dan 26,79% di desa, telur ayam ras 4,09% di kota dan 3,28% di desa, serta daging ayam ras 3,55% di kota dan 3,07% di desa.

Sementara pada periode September 2017 hingga Maret 2018, harga beras naik 8,57%, telur ayam ras 2,81%, dan daging ayam ras 4,87%. Harga beras yang tinggi pun menjadi salah satu alasan penurunan kemiskinan tidak setinggi September 2017 yang mencapai 1,1 juta orang. “Harga bahan pangan dan harga pangan terus naik pada Ramadan, itu yang seharusnya diantisipsi pemerintah,” kata Bustanul.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...