Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Dunia Masih Rapuh

Desy Setyowati
26 Juli 2016, 19:15
Sri Mulyani
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA

Tren perlambatan ini, kata Sri Mulyani,  kemudian menjadi lebih lama ketika Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa. Padahal, setelah rentetan pengaruh Cina terhadap perekonomian global diperlukan kerja sama antarnegara untuk meningkatkan kepercayaan pasar.

Yang terjadi di dunia sebaliknya. Populisme tengah bangkit, bahkan meluas. Kesediaan untuk kerja sama antarnegara ada di titik terendah sepanjang sejarah. Keputusan Brexit, itu salah satu contohnya,” kata Sri.

Di lain kesempatan, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, seringnya revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menunjukan bahwa kondisi saat ini lebih suram dibandingkan sebelumnya. Suram, kata dia, karena perlambatan ekonomi terjadi di banyak negara dan bahkan berpotensi menjadi makin lama. (Baca: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global Akibat Brexit).

Meskipun ekonomi global masih bisa tumbuh di kisaran tiga persen, namun ada tanda-tanda bahwa dunia tengah kesulitan mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru. “Meskipun International  Monetery Fund hanya merevisi 0,1 persen (ekonomi global), tapi tendensi revisi ke bawah terjadi berulang-ulang. Ini menegaskan kondisi ekonomi global jauh dari cerah,” kata Bambang di Pacific Place, Jakarta. “Kenapa? Karena potensi slowdown ternyata terjadi dimana-mana.”

Bambang Brodjonegoro
Bambang Brodjonegoro
(Arief Kamaludin | Katadata)

Gejolak pasar global saat ini, lanjut dia, berbeda dari krisis keuangan Asia yang masih bisa dipantau sejak jauh-jauh hari. Kondisi saat ini sulit ditebak sehingga sukar membuat kebijakan antisipasinya. Lebih bergejolak dibanding krisis 1997 dan 2000-an. Karena itu, setiap pengumuman ekonomi akan memicu naik-turunnya pasar seperti di saham, surat utang, atau ekonomi secara keseluruhan.

Karena itu, pemerintah harus memastikan fundamental ekonomi selalu baik, begitu pula dengan kondisi moneter. Bambang pun menegaskan bahwa penerapan pengampunan pajak (tax amnesty) akan memperkuat modal di dalam negeri sehingga menjadi lebih tahan terhadap guncangan global. Masuknya dana repatriasi diharapkan mendorong investasi di Tanah Air. (Lihat pula: Di Asia, India Paling Sedikit Terdampak Brexit).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...