Tambah Utang Valas Rp 58 Triliun, Menkeu: Indonesia Dipercaya Asing

Yura Syahrul
20 Juni 2016, 14:20
Bambang Brodjonegoro
Arief Kamaludin | Katadata

Ia menambahkan, ini merupakan obligasi euro terbesar yang pernah diterbitkan pemerintah Indonesia. “Transaksi ini adalah terbesar yang pernah dilakukan negara non-Eropa dan terbesar pula oleh negara dari kawasan Asia,” ujarnya.

Bambang mengklaim, hal tersebut menunjukkan kepercayaan investor asing kepada Indonesia tetap tinggi. Padahal, hanya berselang satu hari sebelumnya Standard & Poor’s mempertahankan peringkat kredit Indonesia sebesar BB+ dengan prospek positif, yang berada di bawah level layak investasi (investment grade).

“Mereka (investor asing) tidak peduli dengan peringkat S&P tersebut. Sebab, mereka tetap percaya dengan ekonomi Indonesia,” ujar Bambang.

Seperti diketahui, pada awal Juni lalu, S&P memutuskan mempertahankan peringkat kredit Indonesia sebesar BB+ karena masih memperhitungkan potensi kenaikan utang dan membengkaknya defisit anggaran. Padahal, sebelumnya permerintah sangat berharap lembaga pemeringkat internasional mengikuti jejak Fitch Ratings dan Moody’s Investor Services, yang telah mengerek peringkat Indonesia ke level layak investasi.

(Baca: Anggaran Terancam, Indonesia Gagal Raih Peringkat Investasi dari S&P)

Surat utang anyar itu bakal semakin menambah jumlah pinjaman pemerintah. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, total utang pemerintah pusat per akhir April 2016 mencapai Rp 3.279,3 triliun atau bertambah 5,8 persen dari akhir tahun lalu. Sedangkan total utang obligasi mencapai Rp 2.529,9 triliun, yang termasuk di dalamnya obligasi valas senilai Rp 656,6 triliun.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga merekam kenaikan utang luar negeri (ULN) Indonesia oleh sektor publik (pemerintah dan BI). Per akhir April lalu, jumlah ULN sektor publik mencapai US$ 153,8 miliar atau tumbuh 15,7 persen dibandingkan periode sama 2015. Kenaikannya lebih tinggi daripada bulan sebelumnya yang tumbuh 14 persen.

Sedangkan ULN sektor swasta mencapai US$ 165,2 miliar atau turun 1,1 persen dibandingkan April 2015. Penurunannya juga lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya yang melorot 1 persen.

Alhasil, total ULN pada April lalu membengkakn 6,3 persen menjadi US$ 319 miliar.

Mayoritas terdiri atas ULN jangka panjang yang tumbuh 8,3 persen menjadi US$ 279,3 miliar. Sedangkan ULN jangka pendek pada April 2016 turun 5,5 persen.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...