Lembaga Keuangan Dunia Ramai-ramai Pangkas Pertumbuhan Ekonomi

Maria Yuniar Ardhiati
10 Juni 2016, 17:50
Gedung pertumbuhan
Arief Kamaludin|KATADATA

DBS menilai saat ini yang terjadi bukan akibat dampak kebijakan moneter di masa lalu, melainkan turunnya pertumbuhan populasi. Selain itu, masyarakat pun mulai memasuki usia tua. Carbon menuturkan, jika kedua hal itu dikombinasikan, maka yang terjadi adalah penurunan pertumbuhan tenaga kerja. Persoalan ini dihadapi Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan hampir semua negara Asia.

Carbon menyebut Jepan sebagai contoh. Pertumbuhan populasi di sana tercatat 0,2 persen per tahun, Namun, jumlah penduduk dengan usia produktifnya berkurang 1 persen setiap tahunnya. Di Eropa, populasi penduduk usia bekerja turun hingga nol persen bahkan di bawahnya. Sementara itu, Amerika Serikat mengalami penurunan populasi usia produktif dari 1 persen di tahun 2008 menjadi 0,4 persen.

Karena pertumbuhan populasi pekerja dan usia produktif berdampak pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara maka, “Pertumbuhan PDB pun merosot tajam seperti halnya pertumbuhan populasi usia bekerja,” ujar Carbon. (Baca: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2016 Meleset di Bawah Target)

Di negara-negara maju, pertumbuhan usia produktif 1,5 persen per tahun sudah sangat baik karena kelompok tersebut tidak pernah mencapai level tertinggi ini dalam 10-15 tahun terakhir. Di Jepang, potensi pertumbuhan PDB sebesar 0,5 persen per tahun. Sementara itu di Eropa dan Amerika Serikat masing-masing 1,5 dan 1,9 persen.

Hampir di setiap negara, realisasi pertumbuhan PDB melebihi angka potensialnya. Jepang diperkirakan mencapai pertumbuhan 1,2 persen selama empat tahun mendatang. Carbon menuturkan, saat ini setiap negara cemas akan pertumbuhan yang rendah karena tidak menyadari adanya penurunan pertumbuhan penduduk usia bekerja.

David Carbon
David Carbon (Arief Kamaludin|KATADATA)

Namun yang terjadi di Asia bukan hanya karena penurunan pertumbuhan penduduk usia produktif, tapi juga peningkatan penghasilan. Carbon menuturkan, saat penghasilan masyarakat meningkat, pertumbuhan produktivitas akan menurun. Di Jepang, pertumbuhan terjadi dengan pesat pada tahun 1950-an dan 1960-an. Saat upah dan penghasilan masyarakat di sana naik, pertumbuhan pun beralih ke Singapura dan Hong Kong, yang kemudian diikuti Korea, Taiwan, Malaysia, Thailand, Cina dan seterusnya.

Peningkatan penghasilan merupakan penyebab utama turunnya pertumbuhan PDB. “Tidak ada seorang pun yang menginginkan lambatnya pertumbuhan. Namun, yang paling penting adalah naiknya penghasilan,” kata Carbon.

Ia mengingatkan, mesti perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi di Asia, peralihan akselerasi terjadi dari Barat ke Timur. Saat ini pertumbuhan di Asia mencapai US$ 1 triliun per tahun. Dengan pencapaian ini, Asia mampu menciptakan “Jerman” baru  ke peta perekonomian dunia dalam 3,2 tahun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...