Khawatir Dana Asing Kabur, BI Tahan Suku Bunga BI Rate

Yura Syahrul
15 Oktober 2015, 19:43
Gedung Bank Indonesia
Donang Wahyu|KATADATA
Gedung Bank Indonesia

Sepanjang bulan Oktober ini, terjadi aliran masuk dana asing sebesar US$ 249 juta. Rinciannya, US$ 174 juta masuk ke pasar saham dan US$ 75 juta ke pasar surat utang negara (SUN). Padahal, pada bulan sebelumnya terjadi arus keluar dana asing senilai US$ 249 juta. “Di Oktober mulai ada net supply (dolar), penguatan rupiah karena pemegang dolar atau eksportir sudah mulai melepas (dolar). Alhasil, pasokan dan permintaan dolar menjadi seimbang.

Ke depan, ada tiga faktor atau indikator yang memungkinkan bank sentral menurunkan BI rate. Pertama, inflasi hingga akhir tahun ini berada di bawah titik tengah target yang sebesar empat persen. Kedua, defisit transaksi berjalan (current account defisit/CAD) sekitar dua persen atau lebih rendah dari prediksi semula sekitar 2,2 persen hingga 2,3 persen. Ketiga, kemungkinan mundurnya kenaikan bunga The Fed pada tahun ini sehingga aliran modal masuk (capital inflow) ke Indonesia semakin besar.

Kalau skenario tersebut berjalan mulus maka dana asing akan masuk semakin deras hingga akhir tahun. Dengan begitu, rupiah berpotensi terus menguat. Pada saat itulah, BI memiliki kesempatan menurunkan BI rate. Namun, Juda tak memperkirakan waktu perubahan kebijakan moneter tersebut. Yang jelas, dia menegaskan, BI tidak bergantung pada kebijakan suku bunga AS. “Kami tidak bergantung pada kebijakan The Fed,” tandasnya.

Chief Economist Bahana TWC Investment Budi Hikmat menilai, saat ini sebenarnya waktu tepat untuk menurunkan BI rate. Namun, BI memilih jalan aman dengan menahan suku bunga acuan karena pelaku pasar melihat inflasi tahunan per September 2015 masih tinggi yaitu 6,8 persen. Alhasil, BI akan menjadi salah satu bank sentral terakhir yang akan melonggarkan suku bunganya.

Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi menyatakan, sejumlah bank sentral di Asia memang telah bergerak memotong suku bunganya dalam beberapa pekan terakhir. Namun, BI tidak mungkin mengikuti gerakan tersebut lantaran potensi tekanan inflasi masih besar.

BPS mencatat, inflasi inti per September 2015 secara tahunan sebesar 5,07 persen atau naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,92 persen. Penyebab kenaikan inflasi inti adalah pelemahan rupiah sehingga mengerek harga barang-barang impor.

(Baca: Barang Impor dan Harga Beras Ancam Target Inflasi di Akhir Tahun)

Sekadar informasi, inflasi inti adalah komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan inflasi. Ini dipengaruhi faktor fundamental seperti permintaan-penawaran, faktor eksternal seperti nilai tukar, harga komoditas internasional, serta inflasi mitra dagang, dan faktor harga pedagang dengan konsumen. Kenaikan inflasi inti menunjukkan pelemahan rupiah sudah dibebankan pengusaha kepada konsumen dalam bentuk kenaikan harga barang.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution, Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...