BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2015

Aria W. Yudhistira
18 Juni 2015, 18:36
Katadata
KATADATA
Bank Indonesia merevisi target pertumbuhan ekonomi 2015 menjadi 5 persen-5,4 persen pada tahun ini.

Melihat situasi ini, BI masih fokus untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dengan menahan suku bunga acuan (BI Rate) tetap 7,5 persen. Kendati begitu, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi BI melonggarkan kebijakan makropudential. Seperti melonggarkan rasio agunan terhadap harga jual(Loan to Value/LTV).

Kebijakan ini dipastikan akan keluar pada Juni ini. Dengan begitu, BI yakin pertumbuhan kredit perbankan bisa meningkat. ?Sudah ditandatangani, dan kami sudah kirim ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Biasanya kalau susah sampai sana, prosesnya cepat. Mudah-mudahan Juni sudah keluar,? kata Tirta.

Tirta juga memastikan, bahwa stabilitas sistem keuangan masih baik ditopang oleh ketahanan sistem perbankan yang relatif terjaga. Hal ini terlihat dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) masih tinggi, yakni 20,5 persen jauh di atas ketentuan minimum 8 persen. Begitu juga dengan rasio kredit bermasalah atau non-peforming loan (NPL) yang naik tipis dari 2,4 persen menjadi 2,5 persen secara gross.

Pemerintah sebelumnya telah menyiapkan dua asumsi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Dua asumsi pertumbuhan tersebut lebih rendah dari target dalam APBN-P 2015 sebesar 5,7 persen.

Dengan asumsi yang lebih tinggi, ekonomi diperkirakan tumbuh 5,4 persen. Sedangkan dalam perhitungan yang lebih rendah, ekonomi diupayakan dapat tumbuh sebesar 5,2 persen.  

?Paling tinggi (pertumbuhan ekonomi) 5,4 persen,? kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Senin (15/6).  

Sejumlah lembaga keuangan dunia sebelumnya telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Lembaga-lembaga itu memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5 persen.

Ada sejumlah persoalan yang dinilai menjadi hambatan Indonesia. Dari sisi global, perlambatan ekonomi dunia, terutama Cina yang menjadi mitra utama perdagangan Indonesia, membuat permintaan produk dalam negeri menurun. Sementara rencana kenaikan suku bunga AS berdampak terhadap keluarnya modal asing serta menyebabkan kurs rupiah semakin lemah.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...