BI Hati-Hati Keluarkan Kebijakan Moneter

Aria W. Yudhistira
12 Juni 2015, 16:43
Katadata
KATADATA
Bank Indonesia akan berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan moneternya.

(Baca: Tak Bisa Andalkan BI untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi)

Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi mengatakan, kebijakan moneter yang bias ketat masih diperlukan pada saat ini. Inflasi dan defisit transaksi berjalan merupakan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam jangka pendek. Inflasi kemungkinan akan naik menjelang puasa dan lebaran. Begitu pula dengan defisit transaksi berjalan yang dinilai belum berada pada situasi yang aman.

?Defisit transaksi berjalan memang sudah ada kemajuan, tapi masih perlu ditingkatkan. Memang BI menilai defisit sebesar 2,5 persen-3 persen masih wajar, tapi itu tidak sustain. Dalam pandangan kami yang aman sekitar 2 persen,? kata Gundy beberapa waktu lalu.

Sejumlah lembaga keuangan dunia pun telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Lembaga-lembaga itu memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5 persen.

Ada sejumlah persoalan yang dinilai menjadi hambatan Indonesia. Dari sisi global, perlambatan ekonomi dunia, terutama Cina yang menjadi mitra utama perdagangan Indonesia, membuat permintaan produk dalam negeri menurun. Sementara rencana kenaikan suku bunga AS berdampak terhadap keluarnya modal asing serta menyebabkan kurs rupiah semakin lemah.

(Baca: Pasar Peringatkan Pemerintah)

Sementara dari dalam negeri, masih tingginya tingkat suku bunga berdampak terhadap daya beli masyarakat. Penurunan ini, menurut ekonom untuk kawasan ASEAN & Pasifik ANZ Research Daniel Wilson, berpotensi menyeret ke bawah pertumbuhan secara keseluruhan.

Gubernur BI Agus Martowardojo beberapa waktu lalu pernah menyatakan, pertumbuhan ekonomi akan berada di rentang 5,4 persen sampai 5,8 persen pada tahun ini. Dengan kecenderungan pada level bawah. BI pun berencana mengoreksi proyeksi pertumbuhan pada semester II sembari menunggu kinerja perekonomian pada kuartal II.

Adapun Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sebelumnya memperkirakan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen akan sulit tercapai. Ini karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang akan berada di kisaran 5 persen-5,1 persen, turun dari realisasi pada tahun lalu sebesar 5,5 persen.

Dia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini hanya akan sebesar 5,4 persen. 

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...