Arab Saudi dan Venezuela pun Mengeluhkan Subsidi BBM

Image title
Oleh
28 Agustus 2014, 17:01
Pertamina
Donang Wahyu|KATADATA
KATADATA | Donang Wahyu

China merupakan kreditor terbesar Venezuela yang sejak 2007 sudah memberikan utang sebesar US$ 50 miliar. Sebagai bayarannya, Venezuela mengirimkan minyak sebesar 300 ribu barel per hari ke China.

Hal ini bukan saja membuat cadangan minyak siap jual PDVSA turun hingga 1,4 juta barel per hari. Negara-negara sekutu Venezuela di Amerika Latin dan Karibia yang selama ini mendapatkan bantuan minyak pun khawatir. Persoalannya kiriman minyak murah warisan Hugo Chaves menjadi berkurang.

Situasi ini sebetulnya sudah disadari oleh Maduro. Pada akhir tahun lalu dia mengatakan, menaikkan harga BBM secara bertahap bisa membantu pemerintah untuk memerangi kemiskinan, membangun rumah dan sekolah, serta melaksanakan banyak proyek sosial. Apalagi harga yang murah telah menyebabkan penyelundupan BBM ke negeri tetangganya, Kolumbia.  

Persoalan serupa juga dihadapi Arab Saudi. Pemilik cadangan minyak terbukti terbesar kedua (266 miliar barel per hari) itu menjual BBM seharga 12 sen dolar AS atau sekitar Rp 1.400 per liter. Dengan harga di bawah pasar tersebut, Arab Saudi mesti menanggung subsidi hingga US$ 47 miliar.

Mohammed al-Jasser, Menteri Ekonomi dan Perencanaan Arab Saudi, seperti dikutip Financial Times mengatakan pemerintah berusaha untuk mengurangi subsidi yang membebani keuangan negara. Alasannya, subsidi tidak adil karena hanya dinikmati oleh segelintir orang kaya.

?Ini telah menjadi isu yang penting, sebagaimana subsidi telah semakin mendistorsi perekonomian kami,? kata dia dalam sebuah konferensi di Riyadh, Mei tahun lalu. ?Ini adalah sesuatu yang kami coba benahi.?  

Konsumsi minyak pun amat boros. Menurut kalkulasi IEA, konsumsi minyak per kapita Arab Saudi mencapai 35 barel setahun. Padahal, Amerika Serikat cuma 9 barel dan Jepang 5 barel. Arab Saudi juga menduduki peringkat keenam negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia. Padahal, jumlah penduduknya tidak sampai 30 juta.

Badan Atom dan Energi Terbarukan King Abdullah memperingatkan, jika pola konsumsi Arab Saudi tidak berubah, maka pada 2028 tingkat konsumsinya bakal meningkat hampir tiga kali lipat. Melihat tren itu, laporan yang dilansir Citigroup, Inc. bahkan menyebutkan, Arab Saudi pada 2030 sudah akan menjadi net oil importer.

Halaman:
Reporter: Aria W. Yudhistira
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...