Industri Diragukan Akan Mau Terima Sertifikat Pelatihan Kartu Prakerja
Minat masyarakat untuk mengikuti beragam pelatihan dalam kartu prakerja bisa dibilang cukup besar. Para peserta program kartu akan mendapatkan sertifikasi setelah rampung mengikuti pelatihan.
Namun, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi, Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mempertanyakan apakah sertifikasi dari pelatihan kartu prakerja tersebut dapat diterima oleh industri pengguna.
"Siapa yang mau mengakui sertifikasi seperti ini? Apakah industri mau menerima sertifikasi dari pelatihan kartu prakerja?" kata Tauhid dalam webinar kartu prakerja, Rabu (29/4).
(Baca: Mayoritas Pendaftar Kartu Prakerja Dinilai Hanya Incar Insentif Dana)
Oleh karenanya, dia pun mempertanyakan fungsi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan selama ini.
Badan ini bekerja untuk menjamin mutu kompetensi dan pengakuan tenaga kerja pada seluruh sektor bidang profesi di Indonesia melalui proses sertifikasi.
Selain itu, dia juga tidak yakin peserta kartu prakerja dapat mengingat materi pelatihan usai pandemi virus corona berakhir. Apalagi hingga kini belum ada yang bisa memastikan kapan akhir pandemi corona di Indonesia berakhir.
Terakhir, dia juga mengkritisi kredibilitas setiap pelatihan dan pemberi materi pelatihan kartu prakerja. "Penting dijelaskan siapa orang yang membuat modul pelatihan tersebut," ujar dia.
Menjawab keraguan Indef, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Pra-Kerja, Denni Puspa Purbasari mengatakan, pemerintah telah berkoordinasi dengan pengusaha untuk memastikan peserta kartu prakerja bisa terserap di sektor industri.
(Baca: Materi Content Creator Youtube Banyak Diminati Peserta Kartu Prakerja)
Diskusi dilakukan dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
"Jadi kalau mereka butuh tenaga kerja, tidak perlu keluar uang. Tinggal hubungi lembaga pelatihan dan sebutkan tenaga kerja yang dibutuhkan," katanya.
Namun, dia jugamengakui, peserta kartu prakerja tidak dijamin akan mendapatkan pekerjaan. Sebab, keberhasilan pelatihan kartu prakerja akan bergantung pada setiap individu. Bila peserta mampu meningkatkan keahliannya, hal ini bisa menjadi pertimbangan bagi HRD perusahaan yang merekrut.
"Jadi jangan over promise," ujar Denni.
Melalui program ini, pemerintah berharap peserta kartu prakerja tidak hanya terserap menjadi karyawan, tetapi bisa menjadi wirausaha. Oleh karena itu, pelatihan tidak hanya fokus pada peningkatan kompetensi untuk sektor industri.
"Kita tentu ingin angkatan kerja kita yang sudah dilatih di program kartu prakerja dapat diserap oleh perusahaan atau wirausaha unggul," ujar Denni.
(Baca: Gelombang 3 Tutup Besok, Total Pendaftar Kartu Prakerja 8,6 Juta Orang)
Saat ini, ada 2 ribu jenis pelatihan yang disediakan oleh 233 lembaga pelatihan di delapan platform digital. Menurut Denni, sebagian besar peserta berminat untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris, bisnis online di Instagram, teknik melamar, hingga pembuat konten di Youtube.
Direktur Jenderal Pembinaan, Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan Bambang Satrio Lelono berharap, peserta kartu prakerja dapat memilih jenis pelatihan secara cermat. Dengan demikian, pelatihan yang didapatkan bisa dimanfaatkan dalam mencari pekerjaan.
"Jadi setelah mereka berlatih, keterampilan yang dimiliki lewat pelatihan online dan insentif ini bisa digunakan menjadi peluang baru untuk bekerja," kata Bambang.