Ekonomi Lesu, BI Memilih Tahan Bunga Acuan 4% untuk Jaga Rupiah

Agatha Olivia Victoria
17 September 2020, 14:48
Bank indonesia, suku bunga, bunga acuan bi, pemulihan ekonomi
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Ilustrasi. Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sepanjang tahun ini sebesar 2%.

Ekspor membaik sejalan dengan kenaikan permintaan global khususnya dari AS dan Tiongkok untuk beberapa komoditas. Ke depan, pemulihan ekonomi akan bergantung pada perkembangan mobilitas masyarakat. "BI akan terus meningkatkan sinergi agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.

Ketidakpastian global masih tinggi dipengaruhi oleh isu geopolitik antara lain ketegangan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, Tiongkok dengan India, hingga Brexit. Sementara itu, kontraksi ekonomi di Eropa mulai menurun memberikan sentimen positif.

Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai bank sentral sebenarnya masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Pemulihan ekonomi juga mulai lembat pada Agustus dan September seiring ketidakpastian di dalam dan luar negeri yang masih cukup tinggi. 

"BI mungkin ingin tetap mendorong dana asing tetap masuk. Selain itu, memang untuk mendorong ekonomi saat ini, kebijakan fiskal lebih penting," ujar David kepada Katadata.co.id.

Senada, Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menilai ruang penurunan suku bunga masih ada meski terbatas. Tingkat inflasi masih sangat rendah yakni hanya mencapai 1,32% secara tahunan, lebih rendah daripada batas bawah target BI sebesar 2%. Defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal ketiga 2020 juga diperkirakan menurun seiring surplus neraca perdagangan yang cukup tinggi. 

"BI mungkin masih akan terus memberikan stimulus melalui kebijakan nonsuku bunga untuk sementara waktu, seiring dengan masih adanya tekanan kepada Rupiah. Bila rupiah cenderung mulai stabil, maka ruang untuk melakukan penurunan suku bunga menjadi semakin terbuka," katanya. 

BI sebelumnya telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 2% untuk mendorong pemulihan ekonomi lebih cepat. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya memperkirakan ekonomi pada kuartal III berpotensi terkontraksi lebih dalam dari prediksi awal yakni minus 2,1% hingga tumbuh 0,2%. Namun, pemerintah masih memproyeksi ekonomi tahun ini akan tumbuh pada kisaran minus 1,1% hingga tumbuh 2% meski kemungkinan berada di batas bawah. 

"Kami siapkan kemungkinan ekonomi tumbuh paling rendah atau negatif 1,1% karena ada PSBB seperti yang terjadi di DKI," kata Sri Mulyani. 

Proyeksi kontraksi ekonomi yang lebih buruk ini seiring pengetatan kembali pembatasan sosial berskala besar yang dilakukan DKI Jakarta sejak Senin (14/9).  OECD dalam laporan terbarunya juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari minus 2,8% menjadi 3,3% meski memproyeksi ekonomi global lebih baik yakni terkontraksi 4,5% dari proyeksi sebelumnya -6%.

Halaman:
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...