Tanda-tanda Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Optimisme Global

Agustiyanti
26 Maret 2021, 07:59
pertumbuhan ekonomi global, pemulihan ekonomi global
Leo Lintang/123rf
Ilustrasi. Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 4,5% hingga 5,3%.

BI dan OJK, menurut dia, menelurkan kebijakan agar masyarakat dapat mengajukan Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor dengan uang muka 0%. Adapun pemerintah memberikan dukungan dengan diskon pajak.

"Kami bekerja sama di pemerintah dan otritas moneter menggunakan seluruh instrumen dan sumber daya kita untuk memulihkan ekonomi. Namun yang paling penting adalah masyarakat dan dunia usaha," ujarnya.

Sri Mulyani mengatakan, masyarakat dapat menjaga agar penyebaran Covid-19 terkendali dan dunia usaha memiliki kepercayaan diri untuk bangkit kembali. Pemerintah dan otoritas keuangan akan selalu memonitor dan siap menyesuaikan kebijakan sesuai dinamika yang berkembang.

"Instrumen APBN dengan moneter dan OJK, juga kami melakukan reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja agar ekonomi tidak hanya pulih tetapi tumbuh kembali secara kuat dan lebih baik," ujarnya.

Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi pada 2021 berada pada kisaran 4,5 hingga 5,3 persen, jauh lebih baik dari tahun lalu minus 2,07 persen.

Dorong Kredit

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini mencapai 4,3% hingga 5,3%. Perbaikan ekonomi akan didukung oleh kinerja ekspor dan impor yang membaik, belanja pemerintah, hingga UU Cipta Kerja yang akan mendongkrak investasi.

"Semua instrumen kami keluarkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, tidak hanya stabilitas. Suku bunga acuan 3,5%, terendah sepanjang sejarah. Kami agresif mendukung ekonomi," katanya.

Stabilitas makro ekonomi, menurut Perry, terjaga dengan Inflasi akan sesuai target sasaran pada rentang 2-4%. Ia memperkirakan defisit transaksi berjalan juga akan terkendali 1%-2% terhadap produk domestik bruto," ujar Perry.

Kondisi perbankan juga sangat baik dengan rasio permodalan yang kuat dan likuiditas yang longgar. Namun, Perry mengataan, penyaluran kredit hingga kini masih lesu.

"Kami di Komite Stabilitas Sistem Keuangan berupaya untuk meningkatkan kredit. Suku bunga diturunkan, likuiditas dikendorkan, termasuk OJK dari sisi regulasinya," katanya.

Sinergi KSSK, perbankan, dan dunia usaha, menurut dia, akan diarahkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan-pembiayaan di sektor prioritas yang memiliki kontribusi besar terhadap PDB dan ekspor. Paket kebijakan yang digulirkan KSSK pada awal Februari mencakup kebijakan insentif fiskal serta dukungan belanja pemerintah dan pembiayaan.

Selain itu, menurut Perry, kebijakan juga mencakup stimulus moneter, kebijakan makroprudensial, dan digitalisasi pembayaran, kebijakan prudensial di sektor keuangan, dan penjaminan simpanan.

Perry menyebutkan, terdapat sektor-sektor ekonomi yang memang memiliki daya tahan. Namun, ada sektor-sektor yang juga perlu didorong. Salah satunya, sektor otomotif dan properti yang kini telah didukung oleh pemerintah dan otoritas melalui berbagai kebijakan.

"Kami juga akan melihat sektor-sektor apa lagi yang membutuhkan dukungan," kata Perry.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, industri perbankan secara agregat menargetkan pertumbuhan kredit pada tahun ini mencapai 7,5%. Pihaknya akan memastikan masing-masing bank dalam memenuhi target kredit tahun ini.

"Pertumbuhan kredit yang sudah positif itu saat ini bank BUMN dan BPD. Penyaluran kredit di swasta dan asing yang masih minus, kami akan menaruh perhatian mengapa demikian," ujar Wimboh.

Menurut Wimboh, penyaluran kredit sudah mulai menanjak pada awal tahun ini. Meski masih terkontraksi secara tahunan pada Januari 2021, penyaluran kredit secara bulanan sudah mulai tumbuh dengan pertumbuhan terbesar pada kredit modal kerja.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...