PMI Manufaktur Tembus Rekor Lagi, Produksi Domestik Kian Meningkat

Agatha Olivia Victoria
2 Juni 2021, 19:12
manufaktur, PMI manufaktur, produksi manufaktur, kementerian keuangan.
ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGROHO
Pekerja merakit mesin mobil di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). Pada tahapan pertama pabrik mobil Esemka PT Solo Manufaktur Kreasi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 300 pekerja lulusan SMK hingga D3.

Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia kembali mencatat rekor tertinggi di level 55,3 pada Mei 2021. Kementerian Keuangan menyebutkan angka PMI tersebut menunjukkan produksi manufaktur dalam negeri semakin solid. 

"Produksi terlihat semakin solid di dalam negeri, didorong harapan perbaikan ekonomi karena situasi Covid-19 domestik yang membaik," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam keterangan resminya, Rabu (2/6).

Ekspansi pada sektor manufaktur, menurut dia, sudah terjadi selama tujuh bulan berturut. Momentum tersebut menggambarkan kenaikan output, permintaan baru, pembelian, serta ketenagakerjaan yang kembali tumbuh setelah 14 bulan terkontraksi.

Output dan permintaan baru sebagai komponen terbesar PMI, menjadi kontributor utama dalam peningkatan rekor PMI bulan Mei. Perusahaan menyaksikan peningkatan permintaan secara keseluruhan yang lebih kuat, didukung oleh pertumbuhan permintaan baru internasional pada bulan kedua yang memicu kenaikan produksi manufaktur pada bulan lalu.

Untuk memenuhi kebutuhan permintaan baru dan produksi yang meningkat, Febrio menilai bahwa produsen meningkatkan pembelian bahan baku dan setengah jadi selama empat bulan berturut-turut. Sementara itu, perluasan jumlah tenaga kerja tercermin dari penambahan perekrutan pegawai untuk memperluas kapasitas operasi perusahaan.

Lebih lanjut, biaya input masih meningkat karena keterbatasan pasokan yang disebabkan oleh kendala cuaca, restriksi akibat Covid-19, dan kurangnya bahan baku. "Penerusan beban biaya input oleh produsen kepada konsumen menyebabkan kenaikan harga jual selama tujuh bulan berturut-turut," ujar dia.

Sementara itu, PMI manufaktur global tumbuh semakin kuat ke level 56,0 pada Mei 2021, masih mencatat angka tertinggi sejak April 2010, didorong oleh pertumbuhan solid di sisi permintaan baru, permintaan ekspor baru, dan produksi.

Eropa, Inggris, dan AS mencatat rekor PMI Manufaktur sekaligus menjadi kontributor utama kinerja manufaktur global yang kuat pada bulan Mei. Tiongkok, Jepang, dan India masih berada di zona ekspansi. Namun, aktivitas manufaktur India turun tajam akibat lonjakan kasus Covid- 19.

Febrio menyebutkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 di negara berkembang, seperti Amerika Latin, ASEAN, dan India perlu diwaspadai. “Pemulihan ekonomi akan berlanjut, namun pengendalian pandemi dan vaksinasi harus terus berjalan dengan baik”, ujarnya.

Direktur Asosiasi Ekonomi IHS Markit Jingyi Pan menilai, sektor manufaktur Indonesia berkembang cepat pada bulan Mei. Perusahaan menandakan peningkatan permintaan dan output yang kuat, sementara peningkatan pertama pada ketenagakerjaan dalam 15 bulan juga merupakan tanda yang menggembirakan.

Namun, dia mengatakan bahwa kendala pasokan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sehingga mengakibatkan kenaikan harga yang dialami di seluruh sektor manufaktur. "Sebagai akibat dari keterlambatan pengiriman, input menipis meskipun rekor transaksi pembelian meningkat," kata Jingyi dalam keterangan resminya, Rabu (2/6).

Secara keseluruhan, sambung Jingyi, perusahaan tetap optimis mengenai output pada masa mendatang, dengan harapan kondisi Covid-19 membaik. Dengan demikian, situasi pandemi yang terus terkendali akan sangat penting di Tanah Air, khususnya dengan wabah yang meluas di wilayah Asia dan pasca liburan Idul Fitri.

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...