Rupiah Loyo ke 14.264 per US$ Imbas Data Inflasi AS

Abdul Azis Said
15 September 2021, 09:39
rupiah, rupiah melemah, dolar AS, nilai tukar
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Ilustrasi. Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia.

"Inflasi tetap sangat kuat, bahkan jika tidak meledak seperti yang terjadi di awal tahun. Jika kita terus melihat penurunan inflasi lebih lanjut selama enam bulan ke depan, itu akan mengurangi tekanan pada Fed untuk segera tapering off dengan kenaikan suku bunga," kata wakil kepala ekonom di Aberdeen Standard Investments di Boston James McCann seperti dikutip dari Reuters, Selasa (14/9).

Gubernur Fed Jerome Powell sebelumnya menyebut  dua pertimbangan utama bank sentral sebelum menarik gas tapering off atau pengetatan stimulus yakni kondisi inflasi dan pasar tenaga kerja. Namun, dia juga berulang kali mencoba menengkan pasar bahwa inflasi yang tinggi saat ini mungkin hanya bersifat sementara.

Tapering off rencananya akan dimulai tahun ini dengan terlebih dahulu mengurangi pembelian aset dari pemerintah senilai US$ 120 miliar setiap bulannya. Namun belum diketahui pasti jadwal pasti rencana tersebut. Sementara, Fed juga menekankan bahwa rencana pengurangan pembelian aset ini tidak ada kaitannya dengan rencana kenaikan suku bunga yang sampai saat ini masih di level rendah 0%-0,25%.

Dari dalam negeri, pergerakan rupiah akan dipengaruhi penantian pasar terhadap rilis data ekspor impor bulan Agustus yang diramal kembali surplus.

"Hasil survei neraca perdagangan Indonesia tampaknya masih menunjukkan surplus sekitar US$ 2,3 miliar, ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah hari ini," kata Arston.

Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto juga meramalkan rupiah kembali keok hari ini di kisaran Rp 14.235-Rp 14.287 per dolar AS. Bukan hanya rencana tapering off The Fed, langkah penarikan stimulus bank sentral negara maju lainnya juga jadi penyebab pelemahan rupiah hari ini.

"Rupiah kemungkinan terkoreksi dipengaruh oleh sentiment global, ekspektasi normalisasi kebijakan moneter di AS dan negara maju lainnya," kata Rully kepada Katadata.co.id.

Bank sentral Eropa (ECB) lebih dulu mengumumkan langkah tapering pekan lalu. ECB mengumumkan pengurangan pembelian aset melalui skema Program Pembelian Darurat pandemi (PEPP) yang setiap bulan memborong US$ 80 miliar. Sementara suku bunga acuan tetap dipertahankan rendah 0%.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...