Sanksi Hancurkan Ekonomi Rusia, Nilai Tukar Rubel Terus Merosot
Nilai tukar rubel merosot ke rekor terendah baru terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Indonesia) imbas berbagai sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina.
Rubel berakhir pada 106,01 per dolar pada penutupan Kamis (3/3), setelah sempat mencapai rekor terendah pada perdagangan intraday di level 118,35 per dolar, turun lebih dari 10% pada hari itu.
Di pasar luar negeri, rubel baru-baru ini diperdagangkan pada 110 per dolar, anjlok 9,1%. Sedangkan di platform lain rubel diperdagangkan mendekati 117 per dolar. Sementara terhadap euro, rubel merosot 1,9% ke level 117,60 per euro setelah sempat melemah melewati 125 per euro sepanjang sesi kemarin.
"Anda tahu perdagangan tipis ketika bank sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa berhenti menerbitkan kutipan pada nilai tukar rubel," kata Ahli Strategi Investasi Senior Allspring Global Investments, Brian Jacobsen, seperti dikutip Reuters, Jumat (4/3).
Dia menambahkan, semakin lama situasi perang di Ukraina dan sanksi dari negara barat, semakin banyak kerusakan yang akan terjadi pada ekonomi Rusia dan nilai tukar rubel akan semakin melemah lantaran pembeli potensial semakin ragu memegang mata uang itu.
Invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan sebagai tanggapan telah menyebabkan peringatan mengerikan tentang ekonomi Rusia. JPMorgan memperkirakan ekonomi negara beruang merah kontraksi 35% pada kuartal kedua, dan Goldman Sachs mencatat bahwa kondisi keuangan Rusia telah mengetat secara signifikan.
"Ada ketidakpastian besar di sekitar peristiwa yang sedang berlangsung, dan akan ada banyak volatilitas, volume akan jauh lebih rendah, likuiditas akan sangat buruk. Ada banyak uang asing yang terjebak di Rusia saat ini," kata Kepala Pasar Global ING, Chris Turner.
Sementara itu lembaga pemeringkat utang dunia, Fitch dan Moody's menurunkan peringkat surat utang pemerintah Rusia menjadi "sampah" sebagai dampak dari berbagai sanksi yang dijatuhkan AS dan Uni Eropa.
"Sanksi yang melarang transaksi dengan bank sentral Rusia akan memiliki dampak yang jauh lebih besar pada fundamental kredit Rusia daripada sanksi sebelumnya," tulis laporan Fitch.
Sementara Moody's mengatakan beratnya sanksi telah melampaui ekspektasi awal Moody's dan akan memiliki implikasi kredit material. S&P juga menurunkan peringkat Rusia menjadi sub-investment grade minggu lalu.
Pada Rabu (2/3), indeks FTSE Russell dan MSCI mengatakan akan menghapus ekuitas Rusia dari semua indeks, setelah eksekutif puncak MSCI awal pekan ini menyebut pasar saham Rusia "uninvestable" atau tak layak untuk investasi.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.
Sejak pasukan Rusia memasuki Ukraina pada 24 Februari, rubel turun hampir 30% terhadap dolar, dan analis mengatakan mungkin akan tetap sangat fluktuatif.
Pemerintah telah memerintahkan eksportir Rusia untuk mengubah 80% dari pendapatan valuta asing mereka menjadi rubel dalam upaya lain untuk menopang mata uang lokal, tetapi orang-orang masih mengantri di bank untuk membeli dolar karena rubel merosot.
Swap default kredit lima tahun Rusia, yang digunakan investor untuk melakukan lindung nilai terhadap risiko, turun menjadi 1.250 basis poin pada Kamis (3/3) dari level penutupan 1.321 pada Rabu (2/3), tetapi pengukur volatilitas tersirat rubel naik ke rekor tertinggi baru.
Pada Kamis (3/3) bank sentral mengeluarkan larangan pembayaran kupon obligasi pemerintah Rusia kepada pemegang asing. Moskow menghalangi investor asing, yang memiliki saham dan obligasi Rusia senilai puluhan miliar dolar, untuk keluar dari kepemilikan tersebut.
Rusia untuk sementara waktu juga melarang perusahaan Rusia membayar dividen kepada pemegang saham di luar negeri, tanpa mengatakan berapa lama pembatasan akan berlangsung. Perdagangan saham di Bursa Moskow sebagian besar tetap ditutup, hari keempat pembatasan yang diperintahkan oleh bank sentral.