Risiko Stagflasi Global Dinilai Tidak Berpengaruh Besar bagi Indonesia

Aryo Widhy Wicaksono
1 Juni 2022, 10:09
Para pedagang menunggu calon pembeli di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (2/6/2021).
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.
Para pedagang menunggu calon pembeli di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (2/6/2021).

Sementara untuk menahan laju inflasi dalam negeri yang meningkat, Bank Indonesia (BI) memutuskan tetap menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 3,5% pada Mei 2022. Sebab inflasi tahunan Indonesia sebelumnya dilaporkan mencapai 3,47% (yoy) per April 2022. Meski begitu, inflasi Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan negara anggota G20. Berikut datanya: 

Meski demikian, lanjut Edy, pemerintah tetap mewaspadai dampak ketidakpastian global yang bisa menyebabkan terjadinya stagflasi. Untuk itu, pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan akselerasi dan perluasan vaksinasi, serta pembukaan sektor-sektor ekonomi yang bisa menstimulus tumbuhnya perekonomian.

Selain itu, pemerintah juga konsisten menjaga daya beli masyarakat dengan menyalurkan berbagai skema bantuan sosial. “Jika langkah-langkah itu tidak dilakukan bisa menyebabkan tingginya peningkatan inflasi, penurunan daya beli masyarakat, pelemahan ekonomi, dan memberi tekanan fiskal,” terang Edy.

Sebelumnya, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani pada menyampaikan, stagflasi menjadi ancaman besar bagi semua negara termasuk Indonesia. Menkeu menjelaskan, tingkat inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 8,4 persen menjadi ancaman pemulihan ekonomi negara tersebut, dan turut mempengaruhi dunia. Bank Sentral Amerika Serikat – The Fed akan melakukan percepatan pengetatan moneter.

Halaman:
Reporter: Aryo Widhy Wicaksono
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...