Kekhawatiran Inflasi Mereda, Rupiah Menguat ke Rp 14.816 per Dolar
Rupiah dibuka menguat 32 poin ke level Rp 14.816 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Penguatan rupiah seiring meredanya kekhawatiran pasar terhadap tekanan inflasi, terlihat dari risk on di aset berisiko dengan penguatan di bursa saham Asia.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pengutan ke Rp 14.798 pada pukul 09.15 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan pekan lalu di Rp 14.848 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya perkasa terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,41% bersama dolar Singapura 0,05%, dolar Taiwan 0,28% , won Korsel 1,1% , peso Filipina 0,11% dan baht Thailand 0,14%. Sebaliknya, rupee India melemah 0,04% bersama yuan Cina dan ringgit Malaysia 0,02%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah bisa menguat hari ini seiring penguatan di bursa saham pagi ini mengindikasikan pasar kembali risk on. Rupiah diperkirakan menguat ke arah Rp 14.800, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 14.860 per dolar AS.
"Pasar mungkin melihat bahwa kebijakan bank sentral dunia untuk menaikan suku bunga acuan mungkin bisa mengendalikan inflasi dengan penurunan harga-harga komoditi belakangan ini. Jadi kekhawatiran pasar terhadap inflasi mereda," kata Ariston, Senin (27/6).
Indeks saham Asia terpantau menguat pagi ini. Nikkei 225 Jepang menguat 1,1% bersama Shanghai SE Composite 0,8% Hang Seng Hong Kong 1,8% , Kospi Korsel 1,6% , Nifty 50 India 0,9% dan Strait Times Index STI 0,4%.
Namun demikian, sikap hawkish the Fed masih berpeluang mendorong penguatan dollar AS kembali terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah. Pasar masih mengantisipasu The Fed akan kembali menaikan suku bunga acuannya sebesar 75 bps pada pertemuan bulan depan menjadi 2,25-2,50%.
Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pernyataannya di depan Senat AS belum lama ini juga menegaskan komitmennya untuk menurunkan inflasi AS dengan kebijakan pengetatan moneter yang agresif.
Ariston mengantisipasi The Fed bisa menaikan suku bunga hingga 3% sampai akhir tahun. Bank Indonesia merevisi perkiraannya dari semula memperkirakan bunga The Fed naik ke 3,25% menjadi 3,5% pada akhir tahun.
Dari dalam negri, Ariston menyebut tekanan inflasi yang mulai merangkak naik mungkin bisa menjadi penekan rupiah. Pasalnya, inflasi yang semakin memanas bisa melambatkan pertumbuhan ekonomi.
BI salam survei terbarunya pada pekan keempat bulan ini mrmperkirakan inflasi bulan Juni akan kenbali menanjak ke 0,5% secara bulanan. Ini merupakan penguatan setelah bulan Mei melemah ke 0,4%.
Senada dengan Ariston, analis DCFX Lukman Leong melihat sentimen cenderung positif ke rupiah. Namun, ia memperkirakan rupiah akan bergerak di range ketat dengan penguatan terbatas antara Rp 14.800-Rp 14.900 per dolar AS.
"Sentimen masih lebih didominasi oleh dolar AS yang terkoreksi sepekan terakhir dan kembalinya risk on di pasar dan meredanya kekuatiran inflasi dengan menurunnya beberapa harga komoditas seperti terutama minyak mentah," Kata Lukman kepada Katadata.co.id
Namun, sentimen koreksi kini bergerak ke dalam negeri terutama dari kekhawatiran akan meingkatnya kasus Covid-19 serta inflasi tinggi.
Kasus Covid-19 di Indonesia masih terus menunjukkan kenaikan dalam beberapa pekan terakhir. Pemerintah melaporkan kasus baru corona bertambah 1.726 orang pada Minggu (26/6). Tetapi angka ini merupakan penurunan 5,7% jika dibandingkan kasus pada Sabtu (25/6).