Surplus Neraca Dagang Diprediksi Turun Imbas Pelemahan Harga Komoditas

Abdul Azis Said
15 September 2022, 06:27
Suasana aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/4/2021).
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa.
Suasana aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/4/2021).

Sejumlah ekonom memprediksi surplus neraca dagang Agustus, yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik siang ini, akan melambat dari bulan sebelumnya. Perlambatan disebabkan oleh penurunan ekspor karena melandainya harga komoditas dan lesunya kinerja ekonomi global. Sementara impor masih relatif terjaga berkat perbaikan sektor manufaktur domestik.

 Kepala Ekonom BNI Sekuritas, Damhuri Nasution, memperkirakan surplus neraca dagang Agustus mencapai US$ 4,09 miliar, turun dari bulan sebelumnya US$ 4,23 miliar. Pertumbuhan baik ekspor maupun impor secara tahunan melambat.

Ekspor diperkirakan tumbuh 20,16% menjadi US$ 25,7 miliar, atau di bawah kinerja bulan sebelumnya 32%. Impor diramal tumbuh 29,82% menjadi US$ 21,6 miliar, turun dari kinerja bulan sebelumnya yang mencapai 39,9%.

Penurunan ekspor dipengaruhi kinerja ekonomi sejumlah mitra dagang RI yang terpantau melemah. Kinerja manufaktur AS dan Jepang melambat, sementara manufaktur Cina masih terkontraksi sekalipun menunjukkan adanya perbaikan.

Namun, berlanjutnya kenaikan harga komoditas termasuk batu bara dinilai bisa mendukung kinerja ekspor dari sisi harga. Meski harga komoditas lain melemah, tetapi kenaikan harga batu bara membantu rebound indeks harga komoditas Indonesia naik 2,2% secara bulanan.

"Pemerintah memperpanjang pungutan ekspor Rp 0 untuk produk minyak kelapa sawit dan turunannya hingga Oktober sehingga mempertahankan momentum ekspor CPO. Karena itu kami memperkirakan ekspor akan tetap stabil dalam jangka pendek," kata Damhuri dalam risetnya dikutip Kamis (15/9).

Dari sisi impor, perbaikan sektor manufaktur domestik ditandai kenaikan indeks PMI manufaktur Agustus yang mendorong permintaan barang modal dan bahan baku meningkat. Namun, pertumbuhan impor kemungkinan tertahan seiring penurunan harga minyak dan perbaikan nilai tukar rupiah.

Neraca Dagang di Bawah Ancaman Resesi

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca dagang Agustus lebih kecil lagi, yakni US$ 3,7 miliar. Ekspor diramal hanya tumbuh 16,1% secara tahunan menjadi US$ 24,9 miliar sementara impor tumbuh 26,9% atau sebesarUS$ 21,2 miliar.

Perlambatan laju ekspor dipengaruhi potensi penurunan volume ekspor imbas lesunya permintaan dari negara mitra utama. Beberapa harga komoditas ekspor utama juga terpantau turun sekalipun harga nikel dan CPO naik.

Josua memprediksi impor diperkirakan turun seiring pelemahan harga minyak dunia secara bulanan. "Sementara itu, impor non migas diperkirakan meningkat terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur domestik," kata Josua dalam risetnya.

 Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus neraca dagang Agustus berada di kisaran yang relatif sama dengan perkiraan Josua sebesar US$ 3,69 miliar. Ekspor melemah seiring lesunya kinerja ekonomi global di tengah bayang-bayang resesi. Pertumbuhan ekspor secara tahunan hanya sebesar 19,2%.

Impor juga diramal melambat ke 31% imbas moderasi harga minyak. Namun penurunannya tidak sedalam ekspor karena perbaikan kinerja manufaktur domestik mendorong naiknya permintaan terhadap barang-barang impor.

 "Kami perkirakan surplus neraca barang dalam meraca transaski berjalan cenderung menyempit ke depannya. Kami perkirakan impor dapat mengimbangi ekspor seiring percepatan pemulihan ekonomi domestik," kata Faisal dalam risetnya.

 Kekhawatiran resesi mendorong harga-harga komoditas melemah seiring lesunya permintaan. Hal ini akan menjadi penyebab kemungkinan kinerja ekspor melemah di paruh kedua tahun ini. 

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...