Ramalan Suram IMF dan Bank Dunia: Resesi Ekonomi Global Semakin Nyata

Agustiyanti
11 Oktober 2022, 10:00
IMF, pertumbuhan ekonomi, resesi ekonomi, resesi global, ekonomi global
ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan R Smith/nz/cf
Ilustrasi. IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan menjadi 2,9%.

Dana Moneter Internasional atau IMF dan Bank Dunia kembali memperingatkan risiko meningkatnya resesi ekonomi dunia pada tahun depan. Kenaikan harga barang atau inflasi tinggi juga masih akan menjadi masalah yang berkelanjutan akibat perang Rusia dan Ukraina. 

"Ada risiko dan bahaya nyata dari resesi dunia tahun depan," kata Presiden Bank Dunia David Malpass dalam dialog dengan Georgieva pada awal pertemuan langsung pertama kedua lembaga sejak pandem Covid-19 pada Senin (11/10), seperti dikutip dari Reuters. 

Malpass menjelaskan, ada risiko perlambatan pertumbuhan di negara maju dan depresiasi mata uang di banyak negara berkembang. Selain itu, muncul kekhawatiran inflasi tinggi yang saat ini masih berlangsung. 

Direktur Eksekutif IMF Kristalina Georgieva pada pekan lalu memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan menjadi 2,9% ketika merilis World Economic Outlook. Prospek ekonomi global lebih suram karena pandemi Covid-19, perang Rusia dan Ukraina, hingga bencana iklim di berbagai negara. 

Georgieva pada Senin (10/10) menyebut aktivitas ekonomi telah melambat di tiga ekonomu utama dunia, yakni Eropa, Amerika Serikat, dan Cina. Ekonomi Eropa terpukul oleh harga gas alam yang tinggi, Cina mengalami krisis di sektor perumahan dan hambatan akibat Covid-19, sedangkan ekonomi AS tersandra oleh suku bunga yang melesat akibat kebijakan The Fed. 

Malpass dan Georgieva menyebut, perlambatan pertumbuhan di negara maju, kenaikan suku bunga, risiko iklim dan berlanjutnya harga pangan dan energi yang tinggi sangat memukul negara-negara berkembang. Mereka pun menyerukan tindakan bersama untuk membantu pasar negara berkembang.

Georgieva menekankan, perlunya negara maju membantu mengendalikan bahaya besar dan menakutkan dari krisis utang. Menurut dia, krisis utang bukan akan mempengaruhi semua negara, bukan hanya mereka yang memiliki beban utang tinggi.

"Bukan gambaran yang cerah. Tetapi, jika bertindak bersama, kita dapat mengurangi rasa sakit yang ada di depan kita pada 2023," kata dia. 

Georgieva mengatakan IMF  pada pekan ini akan mengadvokasi  bank sentral melanjutkan upaya mereka untuk menahan inflasi, meskipun berdampak negatif pada pertumbuhan.

Ia juga menekankan langkah-langkah fiskal harus "ditargetkan dengan baik" untuk memastikan agar  tidak justru menganggu target penurunan inflasi. 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...