Rupiah Dibuka Melemah meski Bank Sentral AS Diramal Sedikit Melunak
Nilai tukar rupiah dibuka melemah tipis lima poin ke level Rp 15.573 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini (10/1). Namun rupiah berpeluang menguat seiring ekspektasi bank sentral AS, The Fed yang akan sedikit melunak dengan menaikkan bunga acuan lebih kecil.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 15.584 pada Pukul 09.25 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 15.568 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya menguat pagi ini. Rinciannya sebagai berikut:
- Baht Thailand menguat 0,06%
- Yuan Cina menguat 0,25%
- Ringgit Malaysia menguat 0,03%
- Rupee India menguat 0,44%
- Peso Filipina menguat 0,51%
- Won Korsel menguat 0,48%
- Dolar Taiwan menguat 0,35%
- Dolar Singapura menguat 0,09%
- Yen Jepang menguat 0,20%
- Rupiah melemah
- Dolar Hong Kong melemah 0,04%
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah menguat hari ini. Hal ini karena menguatnya sentimen bahwa bank sentral AS, The Fed tak akan mengerek bunga setinggi tahun lalu.
Ia memprediksi, rupiah bergerak ke rentang Rp 15.520 - Rp 15.500, dengan potensi resistance di kisaran Rp 15.600 per dolar AS.
Gubernur The Fed Atlanta Raphael Bostic dalam wawancara dengan CNBC Internasional beberapa hari lalu menyebutkan, kenaikan bunga pada pertemuan mendatang kemungkinan hanya 25 - 50 basis poin (bps).
Meski demikian, Bostic bukan merupakan anggota tim voting dalan rapat pembuat kebijakan The Fed. Sedangkan rapat The Fed berikutnya digelar 31 Januari - 1 Februari.
"Sentimen ini mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," kata Ariston dalam catatannya, Selasa (10/1).
Selain itu, pelonggaran kebijakan pandemi Covid-19 di Cina masih menjadi sentimen positif untuk aset berisiko pagi ini. Pelonggaran akan berdampak positif terhadap suplai penawaran dan permintaan, sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.
Sedangkan analis DCFX Lukman Leong memperkirakan, rupiah melemah seiring rebound dolar AS di tengah melemahnya sentimen risk appetite di bursa saham. Ia memprediksi, rupiah diperdagangkan di rentang Rp 15.550 - Rp 15.650 per dolar AS.
"Melemahnya risk appetite tersebut lebih ke aksi profit taking, kekhawatiran perlambatan ekonomi masih sangat kuat," kata Lukman dalam catatannya.
Menurutnya, sentimen risk on di bursa saham akan sulit berlanjut tanpa dukungan data-data ekonomi yang terus menerus. Oleh karena itu, investor akan cenderung menunggu dan melihat alias wait and see menanti data inflasi AS yang akan dirilis pekan ini.