Rupiah Melemah Tipis Pagi Ini Usai Data Inflasi AS di Atas Perkiraan
Mengutip CNBC.com, inflasi konsumen AS bulan lalu sevesar 0,5% secara bulanan dan 6,4% secara tahunan. Realisasi tersebut di atas perkiraan pasar yang disurvei Dow Jones masing-masing 0,4% dan 6,2%.
Inflasi inti, yang tidak menghitung kenaikan harga energi dan pangan, juga di atas perkiraan pasar. Realisasinya 0,4% secara bulanan dan 5,6% secara tahunan.
Meski tertekan oleh data inflasi AS, investor masih menantikan data neraca perdagangan Indonesia Januari 2023 yang diperkirakan akan kembali surplus. Rupiah bisa sedikit mendapat sentimen positif jika data neraca dagang yang dirilis siang ini lebih besar dari perkiraan pasar di kisaran US$ 3 miliar.
Berbeda, analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra melihat ada peluang penguatan rupiah setelah rilis data inflasi AS semalam. Meski data menunjukkan inflasi masih tinggi, tetapi tetap berada di jalur penurunan. Inflasi AS bulan lalu 6,4% secara tahunan, lebih rendah dari bulan sebelumnya 6,5%.
"Pasar bisa jadi sedikit lega karena inflasi tidak naik melebihi bulan sebelumnya, melihat data tenaga kerja non pertanian (NFP) AS di bulan Januari dirilis lebih dari dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya," kata Ariston dalam catatannya.
Dari dalam sentimennya cenderung positif. Beberapa pendorong di antaranya kebijakan pemerintah yang baru soal DHE serta optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini. Ariston memperkirakan rupiah menguat ke arah Rp 15.100, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.180 per dolar AS.