BI Pertahankan Suku Bunga 5,75%, Beda Arah dengan The Fed

Abdul Azis Said
22 Juni 2023, 14:42
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Selasa (18/4/2023).
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Selasa (18/4/2023).

Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan bulan ini di tengah meningkatnya tekanan dari rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed. BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% selama lima bulan beruntun.

BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga deposit facility sebesar 5% dan suku bunga lending facility sebesar 6,5%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan suku bunga tersebut sebagai upaya untuk mengejar target inflasi inti dan inflasi secara umum tetap di bawah 4% pada tahun ini dan tahun depan.

"Fokus kebijakan saat ini diarahkan pada penguatan stabilitas rupiah untuk mengendalikan imported inflation dan memitigasi dampak rambatan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," kata Perry dalam konferensi pers daring, Kamis (22/6).

Asesmen terhadap prospek ekonomi ke depan, BI masih optimistis ekonomi akan tumbuh 4,5-5,3% pada tahun ini. Bank sentral memastikan akan menggunakan kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan.

BI mempertahankan suku bunga acuannya di tengah meningkatnya tekanan eksternal dengan kemungkinan masih berlanjutnya kenaikan suku bunga The Fed. Bank sentral terbesar dunia itu memutuskan menahan suku bunga untuk pertama kalinya pada pertemuan pekan lalu setelah serangkaian kenaikan bunga agresif sejak tahun lalu.

Meski demikian, pertemuan tersebut mengungkap mayoritas anggota komite kebijakan The Fed menginginkan kenaikan 50 bps lagi tahun ini. Ini kembali diperkuat pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell semalam di Kongres AS yang menyebut kenaikan diperlukan untuk terus menekan inflasi, tetapi memastikan kenaikan dilakukan dengan laju yang lebih moderat.

Keputusan BI tersebut sejalan dengan ekspektasi mayoritas ekonom. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat ruang kenaikan suku bunga BI kecil meski ada tekanan hawkish The Fed. Alasannya karena imbal hasil alias yield ril Indonesia, yakni yield obligasi dikurang inflasi, masih menarik. Apalagi, inflasi kemungkinan akan terus turun sehingga yield ril bisa tetap kompetitif.

"Dengan fakta bahwa inflasi di Indonesia cenderung mereda lebih cepat dari AS, investor kemungkinan akan mempertahankan minatnya pada obligasi pemerintah Indonesia untuk mendukung pasar obligasi domestik dan rupiah," kata Josua dalam catatannya yang dikutip Kamis (22/6).

Di sisi lain, BI diramal tak akan memangkas suku bunganya sampai akhir tahun ini meski inflasi akan terus turun. Ini disiapkan untuk menjaga rupiah di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed dan perlambatan ekonomi Cina dan global.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...