BI Proyeksi The Fed Naikkan Suku Bunga 25 Bps Bulan Depan
Bank Indonesia memperkirakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed masih akan menaikkan suku bunga pada bulan depan, setelah serangkaian sinyal hawkish belakangan ini. Ekspektasi berlanjutnya kenaikan bunga The Fed telah menekan rupiah beberapa hari terakhir.
"Baseline kami, suku bunga The Fed akan naik 5,5% pada bulan Juli, setelah mencermati analisis perkembangan di AS dan juga pernyataan-pernyataan Jerome Powell dan anggota The Fed lainnya," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (22/6).
Perry menjelaskan, tekanan inflasi di AS didorng dari sisi permintaan dan persediaan. Kenaikan dari sisi permintaan seiring permintaan konsumsi pasca-pandemi Covid-19 yang cepat. Sementara tekanan harga dari sisi suplai dipengaruhi keterbatasan tenaga kerja, efek perang dagang dengan Cina serta perang Rusia dan Ukraina.
Karena itu, ia melihat inflasi di AS kini berjalan lebih lambat dari perikiraan. Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pidatonya terbaru di Kongres pada Rabu malam (21/6) juga menyebut perjalanan masih panjang untuk mencapai target inflais 2%.
Suku bunga The Fed ditahan di level 5-5,25% pada pertemuan bulan ini. Ini sesuai ekspektasi pasar dan menandai jeda pertama kenaikan setelah 10 pertemuan beruntun mengerek suku bunga sejak tahun lalu.
Meski demikian, The Fed membawa kabar hawkish. Dot-plot anggota komite The Fed dalam rapat pekan lalu menunjukkan mayoritas menginginkan dua kali kenaikan lagi pada tahun ini. Powell di hadapan Kongres AS semalam menegaskan kembali hal tersebut. Namun ia menyebut laju kenaikannya akan lebih moderat.
Berdasarkan alat pemantauan CME Group FedWatch Tool, probabilitas kenaikan suku bunga 25 bps pada bulan depan sebesar 72%. Probabilitas ini naik dari pekan lalu 67%. Sementara sisanya memperkirakan tak ada kenaikan.
Ekspektasi berlanjutnya kenaikan suku bunga The Fed telah membebani rupiah beberapa hari terakhir. Hal ini tentu akan mempengaruhi BI, mengingat menjaga stabilitas rupiah merupakan salah satu mandat bank sentral.
Namun, BI memberi sinyal tekanan rupiah tersebut tak serta merta akan mendorong bank sentral merespons dengan kenaikan suku bunga juga. Perry dalam konferensi pers siang tadi menyebut BI akan fokus pada "obat yang langsung menjaga stabilitas rupiah".
Obat yang dimaksudnya yakni stabilisasi melalui triple intervention ke pasar spot, DNDF dan surat berharga. Selain itu, BI akan menggunakan operation twist, yakni menjual surat berharga pemerintah jangka pendek dan membeli di tenor panjang.
"Oleh karena itu, makanya suku bunga masih bisa diarahkan untuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi," kata Perry.