Data Ekonomi AS Kerek Ekspektasi Bunga Fed, Rupiah Melemah ke 15.294
Rupiah melemah pada awal perdagangan hari ini, Kamis (7/9). Terhadap dolar Amerika Serikat, rupiah turun 0,16% ke level 15.294. Pelemahan masih dipengaruhi oleh dolar yang kian menguat terhadap berbagai mata uang dunia.
Analis Pasar Uang, Lukman Leong mengatakan rupiah berpotensi kembali melemah di tengah sentimen risk off di pasar dan penguatan dolar AS setelah data PMI jasa AS yang lebih baik dari perkiraan. Hal tersebut memicu kekhawatiran inflasi dan naiknya ekspektasi pada prospek suku bunga the Fed.
“Investor juga menantikan data perdagangan Cina jam 10 pagi ini,” dalam risetnya. Diperkirakan, rupiah akan bergerak dalam rentang 15.250-15.350.
Analis Pasar Uang, Ariston Cendra pun mengatakan indeks dolar AS dan tingkat imbal hasil obligasi AS masih menguat. Hal ini dipicu data PMI sektor jasa negeri Paman Sam bulan Agustus yang dirilis semalam menunjukkan pertumbuhan aktivitas yang lebih bagus dari ekspektasi pasar, 54,5% vs 52,5%.
Dengan sektor jasa yang masih bertumbuh, inflasi di AS bisa sulit turun dan membuka ekspektasi bahwa the Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk jangka waktu lebih lama.
Pagi ini, data trade balance Cina bulan Agustus bisa mempengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar AS. Data ini akan memberikan petunjuk mengenai kondisi perlambatan ekonomi Cina.
Bila terjadi penurunan aktivitas ekspor-impor yang lebih besar dari prediksi, pasar akan berekspektasi ekonomi Cina dalam kondisi tidak bagus dan bisa mendorong penguatan dollar AS sebagai aset aman. Ariston memprediksi rupiah berpotensi melemah hari ini ke arah 15,330 dengan potensi support di kisaran 15,270.
Mayoritas uang Asia pun menunjukkan tren melemah terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong turun 0,03%, dolar Singapura turun 0,07%, yen Cina turun 0,04%, ringgit Malaysia turun 0,02%, dan baht Thailand turun 0,12%. Sedangkan yen Jepang menguat 0,01% dan peso filipina naik 0,19%.