Tertekan Ekonomi Cina, Hong Kong Berpotensi Ulang Krisis 1998

Ferrika Lukmana Sari
26 Januari 2024, 15:49
Hong Kong
ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu/pras/dj
Tyrone Siu Warga menikmati pemandangan matahari tenggelam diantara gedung pencakar langit saat berlangsungnya sidang uu keamanan nasional, di Hong Kong, China, Senin (29/6/2020).

Apalagi, Cina tidak punya kemauan dan kemampuan untuk membayar. Pada pertengahan Desember 2023 lalu, Beijing menguraikan rencana besarnya untuk tahun 2024, dengan memprioritaskan peningkatan sektor industri dibandingkan meningkatkan konsumsi domestik.

Hal ini merupakan sikap lepas tangan terhadap pasar perumahan yang sedang bermasalah dan menunjukkan tanda-tanda baru penurunan penjualan. Namun pemerintah daerah yang berhutang dapat memperpanjang tempo pembayaran jika beban biaya pinjaman turun. Bahkan di sini, Beijing telah menemui hambatan.

Pemotongan Suku Bunga di Cina

Pemotongan suku bunga Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) dalam dua tahun terakhir telah menempatkan bank-banknya di zona bahaya. Pada bulan September, margin bunga bersih (NIM) perbankan mencapai 1,73%, lebih rendah dari tingkat 1,8% yang dianggap perlu oleh pemerintah untuk kesehatan keuangan mereka.

Pada pertengahan Januari, PBOC tidak memangkas suku bunga acuan. Hal ini mengejutkan dan mengecewakan beberapa analis. Mereka seharusnya tidak terkejut. Hal ini merupakan pengakuan diam-diam dari PBOC bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Industrial & Commercial Bank of China Ltd yang terdaftar di Hong Kong hanya diperdagangkan 0,36 kali lipat. Hal ini mencerminkan skeptisisme mendalam investor terhadap kualitas aset dan prospek pendapatan perusahaan.

Rentan Larinya Aliran Modal Asing

Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, Hong Kong rentan larinya aliran modal asing. Sejak tahun 2009, aliran uang panas mengalir ke Tiongkok, sama seperti yang terjadi pada tahun 1990 an dalam perjalanannya ke Asia Tenggara.

Saat ini, masyarakat mempertanyakan kelayakan kota ini sebagai pusat keuangan, mengingat sentimen yang ada, setelah serah terima kota pada tahun 1997. Bahkan beberapa kebijakan Cina terdengar sangat mirip. Birokrat dilaporkan sedang mempertimbangkan penerbitan obligasi khusus untuk keempat kalinya.

Penerbitan pertama dilakukan pada tahun 1998 ketika Cina mengkapitalisasi bank-bank besar untuk mengimbangi kerugian akibat kredit bermasalah. Ini semua merupakan kondisi yang tidak menyenangkan bagi kota yang percaya pada fengshui dan takdir ini.

Halaman:
Reporter: Ferrika Lukmana Sari
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...