Airlangga Pamer Hasil Hitung Cepat Pemilu RI di Depan Dubes OECD
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bercerita dengan bangga terkait hasil quick count atau hitung cepat pemilihan presiden (Pilpres) 2024 di depan 33 duta besar negara anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Hal itu dia sampaikan saat diskusi terkait aksesi Indonesia menjadi anggota OECD bersama para perwakilan kepala negara anggota di Jakarta, Rabu (28/2). Aksesi sendiri adalah pernyataan persetujuan untuk mengikatkan secara definitif dalam perjanjian internasional.
Menurut Airlangga, quick count adalah metode penghitungan hasil pemilu yang tidak pernah digunakan oleh negara demokrasi lainnya. "Indonesia sudah menunjukkan hasil (Pilpres 2024) melalui metode ilmiah yang kami sebut quick count, itu tidak pernah terjadi di negara lainnya," ujar Airlangga di Jakarta, Rabu malam (29/2).
Tak hanya itu, ia juga mengklaim Indonesia memiliki tingkat partisipasi pemilih tertinggi di antara anggota OECD. Dengan jumlah pemilih mencapai 205 juta, Airlangga menyebut Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ke-3 di dunia.
"Pemilu ini menunjukkan bahwa demokrasi kita semakin matang, dinamis, dan beragam. Khususnya, para pemilih yang didukung oleh pemerintahan baru menjanjikan stabilitas dan kemakmuran. Jadi menurut saya itu adalah hasil bersejarah dari proses terbesar lainnya" ujarnya.
Proses Menjadi Anggota OECD
Selain itu, Indonesia kini menjadi kandidat anggota OECD setelah Dewan OECD membuka diskusi aksesi dengan Indonesia sejak 20 Februari 2024. Dengan begitu, Airlangga berharap proses menjadi anggota OECD ini bisa diselesaikan dalam waktu dua hingga tiga tahun.
"Beberapa negara yang berpengalaman masuk dalam 3 tahun antara lain Chile, Estonia, Slovenia, Latvia, Lithuania," kata Airlangga.
Sebanyak 33 perwakilan negara anggota OECD turut menyampaikan dukungan bagi Indonesia terhadap proses diskusi aksesi yang akan berlangsung. Sebab, Indonesia dinilai memiliki modal sebagai negara demokrasi yang besar, ekonomi yang stabil dan implementasi tata kelola pemerintahan yang baik.
Sehingga sejumlah negara anggota optimis Indonesia mampu menjadi keanggotaan penuh OECD. Perwakilan negara anggota OECD juga meyakini bahwa proses aksesi akan membawa dampak positif bagi kedua belah pihak, terutama bagi Indonesia untuk mendukung tercapainya Indonesia Emas 2045.
“Saya mengucapkan selamat untuk Indonesia, untuk permulaan pembukaan proses diskusi aksesi ini, dan ini luar biasa karena menjadi rekor keputusan diskusi aksesi yang relatif cepat, dalam tujuh bulan saja,” kata United Kingdom Ambassadors to Indonesia Dominic Jermey.
Dengan referensi kebijakan dan standar luas di berbagai sektor yang dimiliki OECD, kata Airlangga, maka proses aksesi Indonesia diharapkan mampu mendukung reformasi struktural yang berkelanjutan di Indonesia, serta mendukung penyempurnaan kebijakan serta regulasi sesuai referensi yang unggul.
Selajutnya, penyesuaian standar dan kebijakan juga akan berpengaruh pada peningkatan tingkat kepercayaan global, peningkatan perdagangan dan investasi, terutama terhadap kolaborasi teknologi dan inovasi, membuka akses pasar bagi ekspor dalam negeri, meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, lapangan kerja serta infrastruktur.
Hingga saat ini, OECD sendiri memiliki 38 negara anggota yang mencerminkan sekitar 60% nilai PDB dan perdagangan global. Indonesia melengkapi 6 negara kandidat aksesi OECD lainnya yakni Argentina, Brazil, Bulgaria, Kroasia, Peru, dan Romania.
"Sehingga berpotensi menjadi negara ke-3 yang berasal dari Asia, setelah Jepang dan Korea, serta negara Pertama di Asia Tenggara," kata Airlangga.