BI Pastikan Utang Luar Negeri RI Aman Meski Capai Rp 6.524 Triliun

Ferrika Lukmana Sari
14 Juni 2024, 12:36
utang luar negeri
Fauza Syahputra|Katadata
Mata uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Jakarta, Rabu (15/5/2024). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat 0,11% ke level 16.083 pada awal perdagangan Rabu (15/5).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia (BI) melaporkan jumlah utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$ 398,3 miliar pada April 2024. Nilai itu setara dengan Rp 6.524,15 (kurs: Rp 16.380 per dolar AS).  Realisasi utang itu turun dibandingkan dengan posisi Maret 2024 sebesar US$ 404,8 miliar.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono memastikan posisi utang relatif aman dan terkendali karena hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98% dari total ULN pemerintah.

"Secara tahunan, ULN Indonesia mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 1,5% secara tahunan (yoy), setelah tumbuh sebesar 0,2% yoy pada Maret 2024. Penurunan tersebut bersumber dari ULN sektor publik dan swasta," kata Erwin, Jumat (14/6).

Erwin menuturkan ULN pemerintah melanjutkan tren penurunan menjadi US$ 189,1 miliar pada April 2024. Nilai ini turun dibandingkan dengan posisi pada bulan Maret 2024 sebesar US$ 192,2 miliar.

Secara tahunan, ULN pemerintah mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,6% yoy pada April 2024. Nilai ini lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi 0,9% yoy pada bulan sebelumnya.

Dia menyebut, penurunan ULN pemerintah dipengaruhi oleh penyesuaian penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen investasi lain seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Dengan kondisi itu, pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara fleksibel dan oportunistik.

"Dengan memperhatikan aspek timing, tenor, currency (nilai tukar), dan instrumen untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal," kata Eriwn.

Pemanfaatan ULN juga diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor prioritas seperti jasa kesehatan dan kegiatan sosial (20,9% dari total ULN pemerintah); administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,6%); jasa pendidikan (16,8%); konstruksi (13,6%); serta jasa keuangan dan asuransi (9,6%).

Utang Swasta Turun

Erwin mengatakan ULN swasta juga menurun. Posisi ULN swasta pada April 2024 mencapai US$ 195,2 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan US$ 198,0 miliar pada Maret 2024.

"Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan yang lebih dalam, dari sebesar 1,3% yoy menjadi 2,9% yoy pada April 2024," kata Erwin.

Dia menyampaikan, bahwa kontraksi pertumbuhan ULN bersumber dari perusahaan lembaga keuangan (financial corporations) dan bukan lembaga keuangan yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 5,7% yoy dan 2,2% yoy.

ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; jasa keuangan dan asuransi; serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3% dari total ULN swasta.

Selain itu, utang luar negeri swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,5% terhadap total ULN swasta.

Pengelolaan Utang Secara Hati-hati

Erwin memastikan struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal itu tecermin dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun dari 29,3% pada April 2024 menjadi 29,1% pada Maret 2024.

Kemudian didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,1% dari total ULN. Untuk itu, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN agar tetap sehat.

Selain, peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. "Upaya ini dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," kata Erwin.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...