BI Ramal Suku Bunga The Fed Turun jadi 4,25% pada 2025

Rahayu Subekti
27 Agustus 2024, 19:38
suku bunga
ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/aww.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan pemaparan kepada media terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Selasa (21/8/2024). BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap di level 6,25 persen, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility tetap 7 persen.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia (BI) optimistis nilai tukar rupiah bisa menguat pada kisaran Rp 15.300 - Rp 15.700 per dolar AS pada 2025. Penguatan tersebut sejalan dengan proyeksi penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed pada 2024 dan 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo memprediksi penguatan rupiah akan didorong oleh penurunan suku bunga The Fed atau FFR. “Kami perkirakan FFR tahun ini turun dari 5,5% ke 5%. Tahun depan akan turun 0,75 atau 75 basis point,” kata Perry rapat saat rapat dengan Banggar DPR, Selasa (27/8).

Dengan begitu, Perry melihat peluang penurunan FFR menjadi 4,25% pada akhir 2025. Penurunan tersebut akan berdampak positif terhadap peningkatan aliran modal asing masuk atau capital inflow ke Indonesia. 

“FFR yang turun ini, membuat capital inflow ke emerging market termasuk Indonesia juga akan meningkat dan US Treasury tenor 10 tahun kami perkirakan turun dan bisa mendorong inflow,” ujar Perry.

BI akan Mengekor Keputusan The Fed

Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai penurunan suku bunga The Fed akan berdampak ke Indonesia. Bahkan, Riefky memproyeksikan langkah BI akan mengekor keputusan The Fed berkaitan dengan pemangkasan BI Rate.

“Kalau The Fed menurunkan suku bunga pada September ini, tentu akan ada dampak capital inflow ke negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga implikasinya akan menjadi penguatan nilai tukar rupiah,” kata Riefky. 

Jika The Fed menurunkan suku bung, maka BI diproyeksikan akan melakukan hal yang sama. Paling tidak, BI juga akan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sekali setelah The Fed menurunkan suku bunga pada September 2024.

“Tapi ini akan bergantung berapa kali The Fed akan menurunkan atau berapa basis poin. Kalau The Fed menurunkan dua kali, maka BI pun bisa menurunkan dua kali BI Rate,” ujar Riefky.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat ekspetasi pasar terhadap peluang penurunan suku bunga The Fed. Hal ini menjadi daya tarik pasar di negara berkembang. 

Dengan kondisi tersebut, kata Josua, investor asing diperkirakan akan mengalihkan asetnya ke pasar-pasar negara berkembang termasuk Indonesia di tengah potensi pertumbuhan ekonomi yang solid.

Hal ini akan berdampak positif kepada penguatan rupiah berkisar Rp 14.900 - Rp 15.300 per dolar AS pada akhir 2025 dibandingkan perkiraan akhir 2024 sekitar Rp 15.300 - 15.600 per dolar AS. “Penguatan ini sebagian besar didorong oleh arus masuk dari foreign direct investment dan investasi portfolio,” kata Josua. 

Foreign direct investment adalah investasi atau penanaman modal yang berasal dari pihak luar negeri atau asing. Biasanya, investais ini dilakukan oleh perseorangan maupun perusahaan asing dari luar negeri. 

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...