Sri Mulyani Waspadai Ketidakpastian Suku Bunga The Fed di Era Trump

Ferrika Lukmana Sari
11 Desember 2024, 16:18
Sri Mulyani
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers APBN KiTa edisi November 2024 di Jakarta, Jumat (8/11/2024). Sri Mulyani melaporkan APBN 2024 mengalami defisit Rp309,2 triliun atau 1,37 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) per Oktober namun defisit tersebut masih lebih kecil dari yang ditetapkan bersama DPR pada UU APBN, yakni sebesar 2,29 persen.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate menjadi tak pasti seiring dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.

"Dengan demikian, masa depan dari penurunan Fed Fund Rate dipertanyakan. Apakah akan jadi turun? Dan kalau jadi turun, seberapa cepat?," kata Sri Mulyani dalam Konferensi APBN Kita di Jakarta, Rabu (11/12).

Menurut Sri Mulyani, kondisi ketidakpastian ini akan menahan perekonomian dunia dan memengaruhi aliran modal (capital flow). Sebab, yield dari US Treasury dan Fed Fund Rate sangat memengaruhi aliran modal.

Bahkan dari sisi harga komoditas, juga menjadi sesuatu yang belum diketahui atau diputuskan secara pasti (remain to be seen). Ditambah lagi, Trump menunjuk Chris Wright sebagai Menteri Energi AS, seseorang yang pro bahan bakar fosil.

Selain itu, komitmen Trump terhadap perubahan iklim juga berubah sehingga menyebabkan harga minyak dunia tertahan. Hal ini diperparah dengan konflik geopolitik yang membuat gangguan rantai pasok.

"Kemudian terjadinya embargo terhadap ekspor peralatan chip dan itu semua menimbulkan ketidakpastian terhadap aliran barang-barang (flow of goods)," ujar Sri Mulyani.

Dengan kondisi itu, aliran modal menjadi tersedot ke AS, sementara aliran barang justru terganggu akibat ketidakpastian geopolitik mau berbagai rencana kebijakan trump seperti kenaikan tarif impor dan embargo.

Antisipasi Pemerintah Terhadap Kebijakan Trump

Pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk menghadapi gangguan rantai pasok dan perlambatan perdagangan seiring dengan memanasnya eskalasi geopolitik global.

"Kita juga harus mengantisipasi harga komoditas yang mungkin volatile, bukan karena suplai permintaan, tapi karena adanya guncangan rantai pasok," ujar Sri Mulyani.

Tak hanya itu, pemerintah juga perlu mengantisipasi tren penguatan dan penggunaan dolar AS maupun dari sisi kebijakan perdagangan AS. Serta mengantisipasi tekanan dari arus modal yang kembali ke AS.

Meski menghadapi sejumlah tantangan, Sri Mulyani justru melihat sejumlah peluang untuk memperkuat ekonomi nasional. "Dari sisi ekonomi, ukuran, posisi, lokasi, kita sebetulnya cukup punya berbagai keuntungan," ujarnya.

Dalam situasi seperti ini, keamanan dari sisi pasokan pangan dan energi tetap perlu dilakukan. Dengan memposisikan Indonesia dari sisi rantai pasok komoditas yang strategis.

Hal ini juga menjadi fokus Presiden Prabowo Subianto dalam menghadapi ketidakpastian global. Sehingga pemerintah perlu mengantisipasi kondisi global dengan berbagai kebijakan di dalam negeri.

"Dengan mendudukan Indonesia secara tepat di dalam dinamika global yang begitu sangat tinggi," ujarnya.

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...