Rupiah Berpotensi Menguat Imbas Perang Dagang AS dengan Kanada dan Cina

Rahayu Subekti
5 Maret 2025, 09:29
Warga menunjukkan uang pecahan baru saat layanan penukaran uang dari mobil kas keliling Bank Indonesia di Masjid Al-Furqon, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (4/3/2025).=
ANTARA FOTO/Ardiansyah/YU
Warga menunjukkan uang pecahan baru saat layanan penukaran uang dari mobil kas keliling Bank Indonesia di Masjid Al-Furqon, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (4/3/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Cina dan Kanada diprediksi akan memberikan dampak penguatan rupiah terhadap dolar AS. Cina dan Kanada kini memutuskan untuk memberikan balasan balik terhadap AS setelah kebijakan tarif yang diputuskan Presiden Donald Trump.

“Implementasi tarif dari Trump kemarin langsung direspons oleh Kanada dan Cina yang juga memberikan tarif bagi barang impor dari AS,” kata Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana kepada Katadata.co.id, Rabu (5/3).

Menurutnya, kondisi ini berpeluang membuat rupiah bisa melanjutkan penguatan terhadap dolar AS. Fikri memproyeksikan rupiah bisa menguat pada level Rp 16.320 per dolar AS hingga Rp 16.470 per dolar AS hari ini.

Penguatan rupiah ini juga didukung dengan kekhawatiran terhadap ekonomi AS setelah kebijakan tarif yang diterapkan Trump. “Adanya kekhawatiran tarif Trump dan turunnya optimisme ekonomi akan segera menekan ekonomi AS,” ujar Fikri.

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka menguat pada level Rp 16.419 per dolar AS. Level ini menguat 26 poin atau 0,16% dari penutupan sebelumnya.

Senada, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong juga memperkirakan penguatan rupiah pada hari ini. Lukman memproyeksikan rupiah akan berada pada level Rp 16.300 per dolar AS hingga Rp 16.450 per dolar AS.

“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah tajam oleh aksi retaliasi Kanada dan Cina terhadap tarif Trump yang dikhawatirkan bisa membebani ekonomi AS,” ucap Lukman.

Indeks Dolar AS Melemah Sejak Desember 2024

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan indeks dolar AS melemah ke kisaran 105.6. Ariston mengatakan level dolar AS ini belum pernah disentuh sejak awal Desember 2024.

“Tekanan terhadap dolar AS ini disebabkan oleh tarif impor baru untuk Kanada, Meksiko, dan Cina yang sudah berlaku dan menimbulkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi di AS,” kata Ariston.

Meskipun efek implementasi tarif baru tersebut menekan dolar AS, Ariston menilai bukan berarti nilai tukar emerging market akan leluasa menguat. Ariston mengatakan, nilai tukar emerging market masih berpeluang melemah terhadap dolar AS karena status asetnya berisiko.

“Kenaikan tarif ini bisa menimbulkan perang dagang yang artinya bisa menyusutkan transaksi perdagangan global sehingga bisa mengganggu perekonomian negara-negara emerging market,” ujar Ariston.

Ariston memproyeksikan rupiah pada hari ini masih memiliki potensi pelemahan di level Rp 16.500 per dolar AS. Hal ini dengan potensi support di sekitar Rp 16.400 per dolar AS.

 

 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan