Rupiah Terancam Melemah, Tertekan Data Ekonomi AS dan Sikap Hati-hati The Fed

Rahayu Subekti
31 Juli 2025, 10:10
rupiah
ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/sgd/Spt.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.891 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.822 per dolar AS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (31/7). Pelemahan ini dipicu oleh data ekonomi AS yang menunjukkan pemulihan, serta pernyataan hawkish dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang melanjutkan rally setelah data produk domestik bruto (PDB) AS keluar lebih kuat dari perkiraan,” ujar Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, kepada Katadata.co.id, Kamis (31/7).

Ekonomi AS tumbuh 3,0% pada kuartal II 2025, melampaui ekspektasi pasar sebesar 2,4%. Angka ini juga menunjukkan pemulihan signifikan dari kontraksi 0,5% pada kuartal I, menurut data Departemen Perdagangan AS.

Selain data ekonomi, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell turut mendorong penguatan dolar. Ia menyampaikan bahwa belum ada keputusan terkait pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed September mendatang.

Bank sentral masih akan mempertimbangkan dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap inflasi. “Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 16.400 hingga Rp 16.550 per dolar AS,” kata Lukman.

Data Bloomberg menunjukkan rupiah dibuka melemah ke level Rp 16.454 per dolar AS pada pagi ini. Posisi ini turun 49 poin atau 0,30% dibandingkan penutupan sebelumnya.

The Fed Belum Beri Sinyal Pemangkasan Suku Bunga

Senada dengan Lukman, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana juga memperkirakan depresiasi rupiah akan berlanjut.

“Pelemahan rupiah masih mungkin terjadi hari ini. Proyeksinya berada di kisaran Rp 16.380 hingga Rp 16.480 per dolar AS,” ujar Fikri.

Ia menambahkan, pernyataan The Fed yang belum memberikan sinyal jelas pemangkasan suku bunga dari level saat ini di 4,25%-4,50% membuat pasar tetap berhati-hati.

Di sisi lain, tensi perdagangan global meningkat setelah Presiden Trump mengenakan tarif impor 50% terhadap Brasil dan 25% terhadap India. Dia bilang risiko sengketa dagang mulai meningkat dan menjadi tekanan tambahan bagi rupiah.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...