Shutdown Pemerintah AS Bikin The Fed Sulit Tentukan Arah Suku Bunga

Ferrika Lukmana Sari
2 Oktober 2025, 14:54
AS
ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis/WSJ/sad.
Leah Millis Ibu Negara Jill Biden menjamu siswa kelas dua dari Sekolah Dasar Aiton di Gedung Putih untuk menunjukkan kepada mereka halaman dan dekorasi Hari Valentine, termasuk beberapa yang dibuat oleh siswa itu sendiri, di Washington, AS, Senin (14/2/2022).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Penutupan pemerintah (shutdown) Amerika Serikat kembali menghentikan arus data ekonomi resmi di tengah ketidakpastian arah pasar tenaga kerja, inflasi, hingga konsumsi. Kondisi ini membuat pengambil kebijakan, termasuk bank sentral AS (The Fed) harus bekerja dengan “mata tertutup” untuk sementara waktu.

Meski begitu, jika melihat pengalaman sebelumnya, shutdown diperkirakan tidak akan memberi dampak besar pada ekonomi AS secara permanen. Selama setengah abad terakhir, ada 20 kali shutdown dengan rata-rata durasi delapan hari dan median empat hari atau terlalu singkat untuk menjatuhkan ekonomi.

“Sungguh menyakitkan ketika kita tidak mendapat data resmi di saat kita justru berusaha mencari tahu apakah ekonomi sedang dalam transisi,” kata Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee kepada Fox Business pada Kamis (2/10).

Data Ekonomi Tertunda

Salah satu dampak paling terasa adalah tertundanya laporan ketenagakerjaan bulanan dari Bureau of Labor Statistics (BLS) yang seharusnya rilis Jumat ini. Padahal laporan itu penting sebagai pertimbangan rapat kebijakan suku bunga The Fed pada 28-29 Oktober mendatang.

Kini, The Fed terpaksa mengandalkan data dari sektor swasta seperti laporan ADP, yang selama ini dianggap kurang akurat dibanding data resmi pemerintah. ADP melaporkan bahwa perusahaan-perusahaan di AS justru memangkas 32.000 pekerja pada September, penurunan ketiga dalam empat bulan terakhir.

Selain itu, kredibilitas BLS juga ikut dipertanyakan setelah Presiden Donald Trump memecat kepala lembaga tersebut pada Agustus lalu.

“Kekhawatiran soal integritas data resmi pemerintah dan shutdown yang berkepanjangan menekankan pentingnya penggunaan data alternatif, termasuk laporan ketenagakerjaan ADP,” kata Ekonom Senior Oxford Economics Matthew Martin.

Menurut Martin, penurunan tenaga kerja di ADP menunjukkan kehati-hatian bisnis untuk menambah pegawai. Dengan pasar tenaga kerja yang melemah dan risiko “kabut data” akibat shutdown, pihaknya mempercepat proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed dari Desember menjadi Oktober.

Dampak Ekonomi Jangka Pendek

Secara historis, shutdown memang lebih banyak menimbulkan kekacauan administratif ketimbang kerusakan ekonomi besar. Hanya dua kali shutdown yang berbarengan dengan kontraksi ekonomi, yakni pada 1981 di era Presiden Ronald Reagan dan 1990 di era Presiden George H.W. Bush, itu pun karena ekonomi AS sudah berada dalam resesi.

Selama shutdown terpanjang sepanjang sejarah, yakni 35 hari pada akhir 2018 hingga awal 2019 di masa Trump, konsumsi rumah tangga turun 0,3% dalam dua bulan. Namun ekonom kala itu menilai perlambatan lebih disebabkan efek memudar dari pemotongan pajak dan perang dagang AS-Cina.

Klaim tunjangan pengangguran sempat naik karena pekerja federal yang dirumahkan, tetapi tidak berdampak pada pasar tenaga kerja secara luas.

“Shutdown pemerintah memang merepotkan dan berantakan, tetapi bukti menunjukkan dampaknya terhadap ekonomi sangat kecil,” ujar Kepala Strategi Investasi di Global X Scott Helfstein. Dia mengatakan, biasanya aktivitas ekonomi yang hilang akan pulih pada kuartal berikutnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...