Dipasok Listrik PLN, Smelter Feronikel Antam Beroperasi Tahun ini
Holding BUMN Pertambangan, MIND ID memastikan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral atau smelter Feronikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Maluku Utara, akan beroperasi pada kuartal IV tahun ini.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso membeberkan bahwa penyediaan listrik untuk pabrik Feronikel Haltim akan dipasok oleh PLN. Sehingga persoalan listrik yang sempat membelit pengoperasian smelter tersebut kini dapat teratasi.
"(Smelter) FeNi Haltim (Halmahera Timur) kabar baik, suplai listriknya akan tersedia tahun ini. Disediakan oleh PLN dan bisa beroperasi untuk produksi di kuartal keempat," kata Hendi dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (16/2).
Hendi menyebut smelter tersebut dapat beroperasi dengan kapasitas optimal mulai tahun depan. Senior Vice President Corporate Secretary Antam Yulan Kustiyan sebelumnya mengatakan smelter Feronikel Haltim direncanakan mempunyai kapasitas produksi sebesar 13.500 TNi.
Jika pembangunan ini selesai, smelter Feronikel Haltim akan menambah portofolio kapasitas produksi tahunan menjadi 45.500 TNi. Menurut Yulan, dengan ketersediaan listrik yang ada saat ini, pihaknya juga telah menyelesaikan uji coba tanpa beban (no load test) terhadap Smelter.
Untuk diketahui, Kementerian ESDM mencatat sebanyak 12 proyek pembangunan smelter saat ini tengah mengalami kendala pendanaan. Adapun kebutuhan dana yang diperlukan untuk pembangunan smelter tersebut mencapai US$ 4,5 miliar atau lebih Rp 64 triliun.
Direktur Jenderal Minerba Ridwan Djamaluddin mengungkapkan pendanaan merupakan salah satu dari beberapa kendala yang dihadapi proyek-proyek smelter di Indonesia. Dari 12 smelter/perusahaan yang mengalami kendala pendanaan tersebut, empat di antaranya adalah smelter nikel.
"Adapun dana pembangunan yang dibutuhkan US$ 4,5 miliar," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR beberapa waktu lalu.
Ke-12 perusahaan tersebut yaitu: Gulf Mangan Grup (mangan), Bintang Smelter Indonesia (nikel), Macika Mineral Industri (nikel), Ang Fang Brothers (nikel), Teka Mining Resources (nikel), Mahkota Konaweeha (nikel).
Kemudian, Arta Bumi Sentra Industri (nikel), Sinar Deli Bantaeng (nikel), Dinamika Sejahtera Mandiri (bauksit), Laman Mining (bauksit), Kalbar Bumi Perkasa (bauksit), Smelter Nikel Indonesia (nikel).
Selain pendanaan, Ridwan juga membeberkan terdapat kendala operasional seperti perizinan terkait HGB (hak guna bangunan), IMB (izin mendirikan bangunan), IPPKH (izin pinjam pakai kawasan hutan) terhadap lima perusahaan.
Kendala lainnya yakni terkait berupa pasokan energi. Masih ada tujuh perusahaan yang masih terkendala soal penyediaan listrik.