Dua Sisi Lonjakan Harga Batu Bara: Produsen Untung, Smelter Dirugikan

Muhamad Fajar Riyandanu
6 April 2022, 13:43
harga batu bara, batu bara,
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Harga batu bara acuan Indonesia naik ke rekor tertinggi baru di US$ 288,40 dari sebelumnya US$ 203,69 per ton pada Maret.

Harga batu bara acuan (HBA) April 2022 melonjak US$ 84,71 menjadi US$ 288,40 per ton dibandingkan bulan sebelumnya US$ 203,69 per ton. Lonjakan ini terjadi setelah usai Amerika Serikat (AS) dan NATO mengembargo pasokan energi dari Rusia.

Selain faktor sanksi terhadap pasokan energi Kremlin, kenaikan HBA bulan ini disebabkan oleh pulihnya aktivitas perekonomian global pasca Pandemi Covid-19 yang mendongkrak tingginya permintaan batu bara global, khususnya di Cina.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menjelaskan kenaikan harga batu bara acuan berdampak positif terhadap penerimaan negara dari perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Ia pun menyebut, tingginya HBA menjadi momentum untuk meningkatkan produksi batu bara secara nasional.

“Kenaikan HBA ini akan mendorong industri batu bara berkembang secara signifikan karena akan memberikan efek yang besar terhadap industri pendukung seperti industri transportasi baik darat dan laut serta industri batu bara itu sendiri,” kata Mamit kepada Katadata.co.id, Rabu (6/4).

Akan tetapi, kenaikan HBA ini memiliki dampak negatif bagi industri dalam negeri yang tidak memdapatkan insentif dari pemerintah, seperti smelter dan pengolahan baja.

Pada awal bulan lalu, Kementerian ESDM menetapkan kebijakan harga batu bara untuk sektor industri sebesar US$ 90 per ton, yang diatur dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 58.K/HK.02/MEM.B/2022 tentang Harga Jual Batubara untuk Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku/Bahan Bakar Industri di Dalam Negeri.

Berdasarkan Kepmen tersebut, penetapan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian pemenuhan kebutuhan batu bara sebagai bahan bakar industri di dalam negeri. Namun harga US$ 90 per ton dipastikan tak berlaku untuk industri pengolahan dan pemurnian mineral logam atau smelter.

“Nah untuk industri-industri smelter dan pengolahan baja akan memberatkan dengan harga yang semakin tinggi ini. Dampaknya pada biaya pokok produksi mereka yang meningkat dan ke depan akan menjadi beban bagi konsumen,” ujar Mamit.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...