Eropa Punya Opsi Amankan Pasokan Energi di Tengah Ancaman Gas Rusia

Happy Fajrian
28 April 2022, 12:40
gas, rusia, uni eropa, putin
pixabay.com
Bendera Uni Eropa

Rusia menghentikan aliran gas ke Polandia dan Bulgaria setelah dua negara tersebut menolak membayar dalam rubel. Negara-negara Uni Eropa (UE) lainnya kini menyadari bahwa ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin tidak sebatas gertak sambal.

Di sisi lain, Komisi Eropa juga menekankan agar negara anggota UE tidak mengikuti permintaan Putin dan membayar gas Rusia dengan rubel. Sebab hal ini berlawanan dengan sanksi yang dijatuhkan kepada negara tersebut atas invasi ke Ukraina yang masih berlangsung hingga kini.

Lalu apa pilihan yang dimiliki Eropa dalam memenuhi kebutuhan energinya tanpa harus tunduk kepada permintaan Putin dan terperosok lebih dalam ke krisis energi yang lebih parah? Sayangnya, tidak banyak pilihan yang tersedia untuk mengatasi kelangkaan pasokan dengan cepat jika Rusia menghentikan ekspor gasnya.

Apalagi Rusia menyuplai sekitar 40% kebutuhan gas alam Eropa, yang sebagian besar dialirkan melalui infrastruktur pipa. Tahun lalu pengiriman gas dari Rusia mencapai 155 miliar meter kubik (billon cubic metres/bcm), dengan 52 bcm dialirkan melalui Ukraina dan sekitarnya.

Rute alternatif lainnya termasuk pipa gas Yamal-Eropa yang melalui Belarusia dan Polandia menuju ke Jerman, dan Nord Stream 1 yang melalui Laut Baltik juga bertujuan ke Jerman.

Sebagian besar negara Eropa telah memangkas ketergantungan mereka terhadap gas Rusia dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2021, koridor transit Ukraina lebih banyak digunakan untuk mengalirkan gas ke Slovakia, kemudian ke Austria dan Italia.

Jika Rusia menghentikan pasokan gasnya ke Eropa, maka kawasan tersebut hanya memiliki dua opsi yang tersedia, yakni mencari alternatif pasokan baru, atau mengimpor listrik dan meningkatkan produksi listrik dari nuklir, energi terbarukan, atau kembali ke batu bara.

1. Mencari Alternatif Pasokan Baru

Opsi pertama yang bisa dilakukan negara-negara Eropa jika Rusia mematikan aliran gasnya yaitu mencari alternatif pasokan baru.

Polandia dan Bulgaria telah menyatakan bahwa mereka tidak akan memperpanjang kontrak pembelian gas dengan Rusia yang berakhir tahun ini dan mulai mencari sumber pasokan alternatif. Sedangkan EU menyatakan tahun ini akan memangkas impor gas Rusia sebesar dua pertiga dan mengakhiri sepenuhnya sebelum 2030.

Beberapa negara telah memiliki pasokan alternatif dan jaringan gas Eropa saling terkoneksi sehingga pasokan tersebut dapat didistribusikan ke banyak negara. Meskipun saat ini pasar gas global sangat ketat jauh sebelum invasi ke Ukraina dimulai.

Jerman, yang merupakan konsumen gas Rusia terbesar, bisa mengimpor gas dari Inggris, Denmark, Norwegia, dan Belanda melalui jalur pipa. Simak databoks berikut:

Perusahaan migas Norwegia, Equinor, juga menyatakan akan mencoba meningkatkan produksi gasnya pada musim panas tahun ini. Biasanya, musim panas merupakan masa untuk melakukan perawatan infrastruktur yang membuat produksi menurun.

Sementara negara-negara Eropa selatan dapat mengimpor gas dari Azerbaijan via pipa Trans Adriatik ke Italia, dan pipa gas alam Trans-Anatolian yang melalui Turki. Selain itu Eropa juga bisa mendapatkan pasokan gas dari Amerika Serikat (AS) yang telah berjanji menyuplai sebesar 15 bcm.

Kilang LNG di AS kini telah berproduksi pada kapasitas penuh dan analis mengatakan tambahan pasokan ke Eropa berasal dari ekspor yang sedianya bertujuan ke kawasan lain.

Meski demikian, kapasitas terminal LNG Eropa saat ini tidak mampu memfasilitasi tambahan impor, meskipun beberapa negara Eropa menyatakan tengah mencari cara untuk memperbesar kapasitas impor dan penyimpanan.

Jerman salah satu negara EU yang tengah berencana membangun terminal LNG baru yang akan dikebut selama dua tahun ke depan. Secara teori, terminal baru ini dapat memfasilitasi impor LNG lebih banyak untuk di-regasifikasi yang dapat memenuhi sepertiga pasokan dari Rusia.

Namun tantangannya lagi-lagi adalah ketatnya pasokan yang tersedia di pasar LNG dunia saat ini. Sehingga ketika terminal baru tersebut telah dibangun, Jerman harus berupaya keras mengamankan pasokannya di tengah ketatnya pasar.

Polandia, yang memenuhi separuh kebutuhan gas nasional dari gas Rusia, atau sekitar 10 bcm, mengatakan dapat mencari sumber pasokan baru melalui dua jalur pipa dengan Jerman.

Ini termasuk aliran balik pada pipa Yamal, koneksi pipa dengan Lithuania dengan kapasitas tahunan 2,5 bcm yang akan dibuka pada 1 Mei, dan melalui interkonektor dengan Republik Ceko dengan kapasitas hingga 1,5 bcm. Sementara 5-6 bcm lainnya dikirim melalui tautan dengan Slovakia.

Selain itu, perusahaan gas Polandia PGNiG dapat mengimpor hingga 6 bcm per tahun melalui terminal LNG di Swinoujscie di Laut Baltik, dan memproduksi lebih dari 3 bcm gas per tahun di Polandia. Pada Oktober, sebuah pipa yang memungkinkan hingga 10 bcm gas per tahun mengalir antara Polandia dan Norwegia, akan dibuka.

Bulgaria, di mana konsumsi gas tahunan sekitar 3 bcm dan 90% impornya berasal dari Rusia, telah menyegel kesepakatan untuk menerima 1 bcm gas dari Azerbaijan, tetapi hanya dapat sepenuhnya memanfaatkan kontrak setelah pipa gas dengan Yunani mulai beroperasi akhir tahun ini. .

Sebuah sumber Yunani yang dekat dengan masalah tersebut mengatakan bahwa mereka dapat membantu Bulgaria dengan membalikkan aliran pipa TurkStream, sebuah mekanisme yang telah digunakan sebelumnya. Pipa tersebut membawa gas Rusia ke Yunani melalui Laut Hitam, Turki, dan Bulgaria.

PLTN
PLTN (Pixabay)

2. Impor Listrik/Nuklir/Energi Terbarukan/Batu Bara

Negara-negara Eropa dapat berusaha untuk mengisi kesenjangan dalam pasokan energi dengan beralih ke impor listrik melalui interkonektor dari tetangga mereka atau dengan meningkatkan pembangkit listrik dari nuklir, energi terbarukan, tenaga air atau batu bara.

Komisi Eropa mengatakan gas dan LNG dari negara-negara termasuk Amerika Serikat dan Qatar tahun ini dapat menggantikan 60 bcm pasokan Rusia. Pada 2030, peningkatan penggunaan biometana dan hidrogen juga dapat membantu.

Proyek angin dan surya baru dapat menggantikan 20 bcm permintaan gas tahun ini. Kapasitas tiga kali lipat pada tahun 2030 untuk menambah 480 GW angin dan 420 GW energi matahari dapat menghemat gas hingga 170 bcm per tahun.

“Menurunkan termostat sebesar 1°Celcius dapat menghemat konsumsi 10 bcm lebih banyak tahun ini, sementara pada tahun 2030, mengganti boiler gas dengan 30 juta pompa panas dapat menghemat 35 bcm,” kata Komisi Eropa.

Meski demikian ketersediaan nuklir menurun di Belgia, Inggris, Prancis, dan Jerman karena pembangkit menghadapi pemadaman seiring bertambahnya usia atau dinonaktifkan atau dihentikan. Simak databoks berikut:

Eropa telah mencoba beralih dari batu bara untuk memenuhi target iklim, tetapi beberapa pembangkit listrik batu bara telah diaktifkan kembali sejak pertengahan 2021 karena melonjaknya harga gas.

Awal bulan ini, bagaimanapun, Komisi mengatakan pihaknya berencana untuk melarang impor batu bara Rusia mulai Agustus, yang berarti negara-negara Uni Eropa harus mencari pasokan alternatif dari Australia, Kolombia, Amerika Serikat dan negara-negara lain.

Jerman mengatakan dapat memperpanjang umur pembangkit listrik tenaga batu bara atau nuklir untuk mengurangi ketergantungan pada gas Rusia.

Banyak negara Eropa telah menerapkan langkah-langkah untuk mengelola pasokan gas dan bahkan daya penjatahan jika aliran gas Rusia berhenti. Seperti Jerman yang telah mengaktifkan tahap "peringatan dini" pertama dari rencana darurat tiga tahap.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...