Dua Lapangan Gas Mulai Berproduksi, Jawa Timur Surplus Gas pada 2023
Jawa Timur akan mengalami surplus gas pada 2023 seiring mulai berproduksinya dua lapangan gas besar, yakni lapangan Jambaran Tiung Biru di Kabupaten Bojonegoro yang dikelola oleh Pertamina EP Cepu, dan lapangan MAC di Selat Madura yang dikelola Husky-CNOOC Madura Limited (HCML).
Saat ini Jambaran Tiung Biru telah berhasil memproduksi 30 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) gas yang ditargetkan akan mencapai kapasitas produksi 100% sebesar 192 mmscfd pada pertengahan atau akhir Desember 2022.
Sedangkan lapangan MAC memiliki potensi sebesar 50 mmscfd yang akan dikembangkan pada kuartal IV 2022. HCML sebagai pengelola lapangan ini telah melaksanakan load out & sail away atau melepas well head platform (WHP) ke titik instalasinya di Selat Madura.
“Dengan adanya proyek JTB dan proyek kami lainnya di offshore (lepas pantai) Jawa Timur, kemungkinan besar Jawa Timur akan surplus gas,” kata Kepala Unit Percepatan Proyek JTB SKK Migas, Waras Budi Santosa, di Bojonegoro, beberapa waktu lalu, Rabu (26/10).
Meksi demikian dengan terjadinya surplus gas ini, ada pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan oleh Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk mengoptimalisasi pemanfaatan gas tersebut lantaran pipa gas yang belum interkoneksi.
“Harapan kami gas bisa disalurkan ke jawa Tengah, proyek (kawasan industri) di Batang. Dengan syarat pipa Semarang-Batang kelanjutan dari (pipa) Gresik-Semarang itu jadi, dan industri di sana juga sudah harus siap menerima,” kata Waras.
Selain itu untuk jangka panjang, SKK Migas menargetkan pipa Gresik-Semarang juga akan terkoneksi dengan pipa yang ke Cirebon. Sehingga surplus di Jawa Timur dan potensi-potensi lapangan gas yang masih idle dapat dikembangkan untuk mengisi kebutuhan gas di Jawa Barat.
“Masih banyak sekali lapangan yang idle, yang notabene bukan lapangan seismik, tapi sudah ada sumurnya, seperti Alas Dara, Alas Cendana, Kawisari, di daerah sekitar sini (JTB). Kebetulan area-area tersebut dikelola EMCL (ExxonMobil Cepu Limited),” kata dia.
Strategi Atasi Surplus
Mengingat lapangan gas baru dapat dilakukan jika sudah ada pembelinya, SKK Migas telah menyiapkan SOP (standard operating procedure) untuk mengatasi potensi surplus pasokan pada tahun depan. Sebab gas yang dihasilkan tidak dapat disimpan seperti LNG.
Pertama, dari sisi produksi, SKK Migas akan mengurangi produksi lapangan tertentu dengan tetap memprioritaskan produksi pada lapangan-lapangan tua. Sedangkan lapangan baru seperti JTB akan kena dampaknya, namun tidak akan ditutup.
“Dari sisi teknikal, lapangan-lapangan tua kami prioritaskan untuk berproduksi. Kalau kita tutup, produksinya tak akan kembali seperti semula saat kita buka lagi,” ujarnya.
Sedangkan dari sisi komersial, SKK Migas dan Kementerian ESDM akan mencoba membuka pasar baru. Dalam waktu dekat pihaknya juga akan menggelar forum dengan provider teknologi untuk mencari solusi mengatasi surplus.
Sebab ketika jalur pipa sudah dibangun, belum tentu sudah ada industri yang siap menyerap gas. Ia mencontohkan kawasan industri Batang yang membuat jalur pipa Semarang-Gresik juga disambungkan ke Batang.
“Mudah-mudahan (pipa) Batang selesai lalu menyambung ke Cirebon. Itu kita sudah aman. Mau produksi berapapun di sini (Jawa Timur) pasti terserap semua ke Jawa Barat karena sekarang kekurangan. Saya ngurusin 13 tahun yang selalu kekurangan itu Jawa Barat,” tukas Waras.