Pengusaha Sambut Wacana Penghapusan Pajak di Sektor Hulu Migas

Muhamad Fajar Riyandanu
14 Desember 2022, 22:10
pajak hulu migas, revisi uu migas
ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Petugas berkomunikasi saat memeriksa Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020).

Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) menilai positif usulan Kementerian ESDM untuk menghapus pajak penghasilan (PPh) sekaligus pajak pertambahan nilai (PPN) di sektor hulu migas. Usulan tersebut akan dimasukkan dalam revisi UU Migas (RUU Migas).

Direktur Eksekutif Aspermigas, Moshe Rizal mengatakan bahwa penarikan pajak di industri hulu migas merupakan yang terbesar ketimbang pungutan pajak di industri lainnya. Menurut Moshe, pajak yang harus disetor oleh pelaku usaha industri migas mencapai 40% dari total pendapatan.

Advertisement

"Lebih dari 40% kalau ditotal semuanya. Ada PPN, PPh, PBB, branch profit tax. Jadi besar sekali dan itu sangat memengaruhi keekonomian," kata Moshe kepada Katadata.co.id, Rabu (14/12).

Moshe menambahkan, wacana penghapusan PPN dan PPh di sektor invetasi hulu migas bisa mendorong keekonomian lapangan ke arah yang lebih positif. Penilaian itu didasari oleh kondisi biaya operasional industri migas RI yang lebih mahal ketimbang biaya operasional di negara lain.

Hal ini, ujar Moshe, disebabkan oleh kendala infrastruktur, beban pajak, dan kondisi lapangan migas yang mulai mengalami penurunan produksi serta penemuan lapangan yang kian mengarah pada medan-medan sulit seperti daerah lepas pantai atau offshore.

"Biaya produksi migas di dalam negeri ini cukup tinggi, maka harga gas-nya juga tinggi. Jadi susah bersaing di pasar global. Bukan cuma masalah regulasi dan perizinan, di sini juga ada masalah biaya operasional," ujarnya.

Selain pembebasan PPN dan PPh, Moshe menyebut para pelaku usaha juga membutuhkan insentif tambahan berupa kemudahan perizinan, terutama pada perizinan pengembangan migas di daerah serta kemudahan pembebasan lahan.

"Sekarang ini cukup mendesak sekali. Investasi menurun dan produksi juga menurun, padahal sudah menjanjikan 1 juta barel per hari dan 12 ribu mmscfd gas, tapi angkanya turun terus. Memang perubahannya harus radikal," kata Moshe.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement