Harga Pertamax dan Dex Turun, Dirut Pertamina Klaim Sesuai Keekonomian
Pertamina menyesuaikan harga BBM non subsidinya hari ini, Selasa (3/1). Harga Pertamax Series dan Dex Series turun Rp 1.150-2.150 per liter, dengan Dexlite turun paling besar.
Langkah Pertamina untuk menurunkan harga BBM non subsidi berangkat dari melandainya harga minyak mentah dunia. Sepanjang Desember 2022, harga minyak jenis Brent sempat turun hingga ke US$ 76,10 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) menyentuh US$ 71,02 per barel. Adapun hari ini harga Brent berada di level US$ 85,70 per barel dan WTI di US$ 80,10.
Harga minyak mentah Brent yang berada di kisaran US$ 85 per barel saat ini jauh lebih rendah dari harga minyak pada awal pembentukan harga Pertamax Rp 13.900 per liter untuk wilayah Jawa-Bali pada Oktober 2022. Saat itu, harga minyak Brent berada di angka US$ 91,59 per barel.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa harga Pertamax mulai pukul 14.00 WIB akan paralel dengan harga keekonomian atau harga wajar-nya, yakni sama-sama Rp 12.800 per liter untuk area wilayah Jawa-Bali.
"Rp 12.800 itulah harga keekonomian Pertamax. Harga Pertamax demikian juga untuk produk-produk seperti Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex ini akan turun dengan perhitungan formula yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM," ujar Nicke pada konferensi pers di SPBU MT Haryono, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (3/1).
Meski demikian Pertamina masih belum akan menurunkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Biosolar yang harganya ditahan masing-masing Rp 10.000 dan Rp 6.800 per liter.
Nicke beralasan subsidi yang diberikan pemerintah pada dua jenis BBM tersebut masih cukup besar sehingga penurunan harga akan membuat subsidi semakin besar. Adapun kompetitor Pertamina menjual bensin setara Pertalite dengan RON 90 masih di kisaran Rp 12.000-13.000.
"Solar dan Pertalite harganya tetap. Soalnya selama ini banyak subsidi pemerintah. Solar Rp 6.800 padahal kompetitor ini harganya dua kali lipat. Kita tuh jual harga setengahnya dari harga pasar, jadi subsidi masih besar," kata Nicke.
Dia juga menjelaskan bahwa ketika terjadi lonjakan harga minyak pada awal Maret 2022, Pertamina, menggelontorkan hingga Rp 10 triliun untuk menahan harga Pertamax tidak naik.
"Untuk Pertamax ini kami turunkan, (harganya) ini sangat bersaing dan sangat berarti. Ini market share 4,78%. Waktu harga minyak dunia naik kita tahan harga Pertamax. Rp 10 triliun itu untuk nahan gak naik harganya," tukas Nicke.