RI-Singapura Garap 3 Proyek PLTS di Batam, Libatkan Grup Salim & Medco
Perusahaan patungan Indonesia dan Singapura sepakat membangun tiga proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Ekspor perdana dari energi bersih terbarukan (EBT) sebesar 100 MW ditargetkan pada tahun 2024 mendatang. Proyek ini melibatkan Grup Salim melalui Gallant Venture Ltd., dan Medco Energi.
Penandatanganan kerja sama pengembangan proyek tenaga surya dilakukan antara PT Trisurya Mitra Bersama dan PLN Batam dengan Sembcorp Industries. Kedua antara Medco Power Energy dan dua perusahaan Singapura Gallant Venture Ltd dan PacificLight Energie Pte Ltd. Ketiga antara konsorsium Sunseap dan Grup Agung Sedayu.
Kesepakatan pembangunan dan pembelian energi bersih dilakukan di tengah kegiatan Singapore International Energy Week yang dimulai sejak Senin (25/10). Penandatanganan kerja sama ini disaksikan Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Muda Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng.
"Sebagai bagian dari komitmen global untuk mencegah terjadinya perubahan iklim, Indonesia serius mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Potensi yang dimiliki Indonesia sangat besar mulai dari tenaga surya, angin, air, panas bumi, dan arus bawah laut," kata Arifin dalam keterangan tertulis, Selasa (26/10).
Dia menambahkan, Indonesia bukan hanya akan bisa memenuhi kebutuhan energi bersih dan terbarukan untuk kepentingan dalam negeri, tetapi juga untuk negara di sekitarnya. Ekspor perdana 100 MW dari Pulau Bulan merupakan tonggak pertama bagi Indonesia untuk menyediakan EBT.
Arifiin berharap, pengembangan EBT bisa ikut mendorong bangkitnya industri dalam negeri untuk menghasilkan panel surya. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah membuka lapangan kerja dan keahlian di bidang energi baru terbarukan.
Sementara itu Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong menyampaikan bahwa Singapura sudah mencanangkan untuk menjadi negara rendah karbon. Untuk itu Singapura akan mulai beralih dari penggunaan energi fosil menjadi EBT.
Salah satu yang menjadi alternatif adalah energi tenaga surya dan juga tenaga air. Singapura sudah memulai mengembangkannya dengan memanfaatkan sumber daya yang ada seperti waduk-waduk serta atap bangunan. Namun dengan jumlah lahan yang terbatas, Singapura tidak mungkin memenuhi dari dalam negeri sendiri.
“Untuk itulah kerja sama dengan negara-negara tetangga dan kawasan penting dilakukan karena Singapura membutuhkan pasokan energi listrik dari energi rendah karbon hingga 4 GW apa da 2035 mendatang. Untuk tahap pertama kami akan mengimpor listrik dari Pulau Bulan, Indonesia sebesar 100 MW,” ujarnya.
Presiden Direktur Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro menjelaskan, rencana ekspor listrik tenaga surya dari Pulau Bulan sudah dimulai sejak tiga tahun lalu. Berbagai kajian dilakukan secara panjang dan akhirnya mendapatkan komitmen pembelian dari Energy Market Authority (EMA) untuk bisa memasok kebutuhan energi listrik untuk Singapura.
“Sekarang tugas kami merealisasikannya. Ada 1.000 ha lahan yang tersedia sehingga bisa menghasilkan 1 GW. Namun untuk tahap pertama akan diekspor 100 MW dan harapannya sudah bisa direalisasikan 2024 nanti,” kata Hilmi.
Presdir PT Trisurya Mitra Bersama Benjamin Subrata secara terpisah menjelaskan, pihaknya bersama Sembcorp bukan hanya sepakat untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya di kawasan Batam, tetapi juga di Nusa Tenggara Timur.
“Untuk di Batam rencananya kami akan memulai dengan 350 MW di mana 50 MW akan dipergunakan untuk Batam dan sisanya diekspor ke Singapura. Namun proyek yang lebih besar akan kami lakukan di Sumba dan akan dikembangkan di lahan seluas 6.000 ha,” jelas Ben Subrata.