Menghitung Untung Rugi Indonesia Pensiunkan Dini PLTU

Image title
5 November 2021, 09:08
pltu, batu bara, pensiun dini pltu, emisi karbon, perubahan iklim
ANTARA FOTO/Jojon/wsj.
Foto udara area Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di wilayah Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Jumat (10/9/2021). PLTU berkapasitas 2 x 50 megawatt yang dibangun PT Dian Swastika Sentosa Power Kendari bertujuan memperkuat jaringan listrik di wilayah Kendari dan sekitarnya. ANTARA FOTO/Jojon/wsj.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB COP26 di Glasgow, Skotlandia, pemerintah Indonesia mengutarakan keinginannya untuk mempensiunkan dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai komitmen untuk menurunkan emisi karbon demi mencegah perubahan iklim.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah telah mengidentifikasi 5,5 gigawatt (GW) PLTU yang dapat dipensiunkan lebih cepat dalam waktu 8 tahun. Namun untuk itu dibutuhkan dana US$ 25-30 miliar atau sekitar Rp 357-228 triliun.

Advertisement

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menilai keberpihakan pada lingkungan bersih memang bagus. Namun perlu dicatat, setiap kebijakan yang diambil harus dipertimbangkan secara matang.

Sebab, sumber energi baru terbarukan (EBT) yang digadang-gadang untuk menggantikan PLTU masih belum signifikan pemanfaatannya. Porsi EBT pada bauran energi nasional masih relatif kecil, bahkan menurun.

"Produksi listrik sekitar 65-70% masih berasal dari PLTU batu bara. Bisa dibayangkan kalau dipensiunkan akan mengganti berapa gigawatt yang perlu dihitung ulang oleh pemerintah," kata Komaidi kepada Katadata.co.id, Kamis (4/14).

Bebani PLN

Komaidi menambahkan bahwa berdasarkan perhitungan PLN, setiap 1 gigawatt (GW) yang dipercepat masa pensiunnya, setidaknya membutuhkan dana sekitar Rp 5 triliun per tahun. Ketika PLTU telah dipensiunkan dan digantikan oleh EBT, biaya pokok penyediaan (BPP) listrik juga akan naik dan berimbas pada tarif listrik.

Dia juga mengingatkan transisi energi yang dilakukan secara penuh akan berdampak besar terhadap kondisi keuangan perusahaan setrum pelat merah. Misalnya, dengan batu bara sebagai sumber energi murah saja, utang PLN saat ini telah mencapai di atas Rp 600 triliun.

Bagi ukuran perusahaan listrik, hal tersebut sangat tidak sehat. Apalagi jika kemudian PLN harus membeli listrik dari sumber energi terbarukan yang belum ekonomis. "Gak bisa dibayangkan kalau PLN pakai sumber energi mahal. Kemudian kapasitas fiskal gak mampu mem-backup itu, mereka babak belur lebih dalam," ujarnya.

Karena itu, Komaidi pun menyarankan supaya potensi sumber energi yang dimiliki Indonesia dioptimalkan sembari mencari teknologi ramah lingkungan, paralel tanpa meninggalkan EBT yang sedang pemerintah upayakan untuk digenjot.

"Kita kan juga ada panas bumi kapasitasnya besar kita kembangkan secara paralel. Nah kalau panas bumi sudah dapat nilai keekonomiannya mungkin bisa bertahap PLTU-nya dipensiunkan," kata dia.

Sementara, Koordinator Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Tata Mustasya mengatakan rencana mempensiunkan PLTU lebih cepat bisa menjadi jalan keluar bagi Indonesia untuk menghentikan operasi PLTU batu bara di 2040 sesuai rekomendasi IPCC dan melakukan transisi ambisius ke energi bersih dan terbarukan.

Strategi Pensiun Dini PLTU

PLTU batu bara dengan kapasitas saat ini 31,9 GW telah berkontribusi sangat besar terhadap krisis iklim serta dampak kesehatan, sosial dan ekonomi yang merugikan rakyat. "Tambahan sebesar 13,8 GW PLTU dalam RUPTL 2021-2030, 90% akan dibangun di Jawa dan Sumatera yang sudah mengalami kelebihan kapasitas," kata dia.

Namun ia masih mempertanyakan apakah inisiatif pemerintah ini akan menjadi game changer untuk mewujudkan transisi energi yang berkeadilan. Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat ditempuh Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Pemerintah Indonesia agar inisiatif ini terimplementasi dengan baik.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement