Masalah Regulasi Hambat Transisi Energi di ASEAN, Bagaimana Indonesia?

Muhamad Fajar Riyandanu
29 Juli 2022, 20:05
transisi energi, asean, energi terbarukan, regulasi
ASEAN/twitter
Bendera negara-negara ASEAN.

Sejumlah negara di Asia Tenggara atau ASEAN berkomitmen untuk memenuhi target transisi energi yakni meningkatkan porsi energi terbarukan pada bauran energinya menjadi 23% pada 2025. Namun, berdasarkan skenario kebijakan saat ini, target tersebut diperkirakan hanya tercapai 17%.

Tersendatnya capaian bauran energi baru dan terbarukan di sejumlah negara ASEAN disebabkan oleh rumitnya regulasi dan implementasinya di lapangan.

Anthony Tan, Executive Officer (Sustainability & Finance), All Party Parliamentary Group Malaysia on Sustainable Development Goals mengatakan, implementasi energi terbarukan di negaranya seringkali dibenturkan dengan isu ketahanan energi.

Dia menjelaskan, hingga 2018, mayoritas suplai energi Malaysia masih bergantung pada energi fosil. Sumber energi di negeri Jiran didominasi oleh gas alam dengan 41%, minyak bumi 26%, batu bara dan kokas 22% dan produk turunan dari minyak bumi 4%. Sedangkan sumber energi yang berasal dari energi baru dan terbarukan hanya 7%.

"Kami ada begitu banyak undang-undang dan aturan soal energi tapi belum ada kemajuan. Bahkan undang-undang yang mengatur energi bersih sejak tahun 2009 masih pending," ujarnya dalam diskusi daring bertajuk The State of Southeast Asia Energy Transition pada Jumat (29/7).

Anthony menjelaskan, salah satu sebab lambatnya penggunaan energi terbarukan secara masif yakni minimnya pengawasan dan dorongan kerpada perusahaan migas milik negara Petronas.

Petronas langsung bertanggungjawab kepada Perdana Menteri tanpa harus membuat laporan kepada Kementerian maupun DPR. "Ini sesuatu yang mengusik kami," ujar Anthony.

Lebih lanjut, saat ini Malaysia sedang mencoba untuk menerapkan penggunaan energi terbarukan pada seluruh moda transportasi umumnya, seperti bus dan monorail. Anthony mengatakan pemerintah Malaysia lebih menekankan penyebaran jaringan listrik untuk pemanfaatan energi.

"Kalau baterai itu bukan energi yang ramah lingkungan. Dia seperti penambangan tanah pada umumnya. itu banyak masalah sebenarnya," jelasnya.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...