Pemerintah Kejar Transisi Energi Tanpa Menyisihkan Batu Bara
Pemerintah berupaya mengejar transisi energi tanpa menyisihkan batu bara yang merupakan sumber pencemar berat dengan mengandalkan inovasi teknologi untuk menekan emisi yang dihasilkan.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan dengan inovasi teknologi, emisi dari batubara bisa ditekan sehingga target Net Zero Emission pada 2060 tetap bisa dicapai.
“Mari kita berpikir dengan cara yang lain. Kata kuncinya transisi energi berkelanjutan. Net Zero Emission (NZE) 2060 menjadi skenario besar yang harus kita rumuskan dengan langkah tidak biasa-biasa saja. Kuncinya adalah inovasi,” ujarnya dalam The 3rd Energy Transition Working Group Meeting - Parallel Event G20 Presidency of Indonesia dengan tema The Role of Coal Industry Towards Energy Transition and Circular Economy, Selasa (30/8).
Terkait inovasi, Ridwan menekankan pentingnya aspek keterjangkauan dan penguasaan teknologi. Dia juga menyarankan agar dibuat target NZE versi industri batu bara, yang tak semata-mata mengurangi penggunaan batu bara, beralih ke sumber lain yang lebih bersih, namun mencari jalan lainnya dengan pendekatan yang lebih inovatif.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bukit Asam, Arsal Ismail mengatakan bahwa pihaknya tengah memantapkan eksistensi dan bertransformasi menjadi perusahaan energi, selaras dengan visi untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.
Transformasi ini tidak semata-mata dilakukan untuk menciptakan bisnis yang keberlanjutan, namun juga mendukung target pemerintah Indonesia untuk mencapai NZE 2060, mendorong proses transisi energi berkelanjutan, dan meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional.
“Berbagai strategi transformasi bisnis telah kami terapkan seperti peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan dan pengembangan hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME),” kata Arsal.
Dari sisi operasional pertambangan, Arsal menambahkan, terdapat dua program utama yang dijalankan yakni Eco Mechanized Mining dan E-Mining Reporting System. Pada program Eco Mechanized Mining, perusahaan mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar berbasis fosil menjadi elektrik.
Sementara pada program E-Mining Reporting System, Bukit Asam memanfaatkan platform pelaporan produksi secara real time dan online sehingga mampu meminimalisasi monitoring konvensional dengan kendaraan dan mengurangi penggunaan bahan bakar.
Tidak hanya itu, Bukit Asam juga gencar menerapkan program manajemen karbon, sebuah program integrasi untuk mengurangi emisi karbon dalam operasional pertambangan perusahaan. Beberapa usaha manajemen karbon yang dilakukan yakni reklamasi, dekarbonisasi operasional tambang, dan studi CCUS.
Terkait dengan kajian CCUS ini, Bukit Asam juga sedang menggelar kompetisi teknologi dekarbonisasi yang menitikberatkan inovasi di bidang carbon reduction dan CCUS dengan tajuk Bukit Asam Innovation Award 2022 Greenovator Indonesia.
“Kompetisi tersebut kita harapkan dapat mendukung lahirnya inovasi-inovasi terkait teknologi dekarbonisasi di bidang pertambangan, khususnya batu bara, untuk menciptakan energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan,” kata Arsal.