Modal Asing Masuk Rp 450 M di Tengah Risiko Kenaikan Bunga The Fed

Abdul Azis Said
22 April 2022, 20:19
aliran modal asing, suku bunga the fed
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Ilustrasi modal asing.

Bank Indonesia (BI) mencatat terdapat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik dalam sepekan sebesar Rp 450 miliar. Aliran dana tersebut terutama ke pasar saham sekalipun sentimen rencana kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif oleh Federal Reserve (The Fed) semakin meningkat.

Direktur Kepala Grup Departemen Komunikasi Junanto Herdiawan merincikan, terdapat beli neto di pasar saham sebesar Rp 3,15 triliun sepanjang 18-21 April 2022. Sebaliknya, terdapat jual neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2,71 triliun.

"Berdasarkan data setelmen sampai dengan 21 April 2022 (ytd), non residen jual neto Rp 47,52 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 42,12 triliun di pasar saham," kata Junanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/4).

Premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun naik ke level 100,33 bps per 21 April 2022 dari 98,17 bps per 15 April 2022. Kondisi ini sejalan risk off di pasar keuangan global.

Imbal hasil alias yield SBN 10 tahun turun di level 6,94% pada hari ini. Ini berbeda dengan yield US Treasury tenor 10 tahun yang melanjutkan kenaikan dan berada di level 2,91% pada perdagangan Kamis (21/4).

Sementara, rupiah terpantau menguat dalam sepekan ini sekalipun capital outflow di pasar SBN masih berlanjut. Mengutip Bloomberg, kurs garuda parkir di level Rp 14.362 per dolar AS sore ini, menguat 19 poin dari penutupan pekan lalu.

Kondisi ini dipengaruhi oleh rilis berbagai data ekonomi dalam negeri yang mampu mengimbangi sentimen koreksi dari rencana pengetatan moneter yang lebih agresif oleh The Fed.

"Surplus neraca perdagangan RI dan minat investor asing yang tinggi terhadap pasar saham Indonesia membantu penguatan nilai tukar rupiah," kata Ariston kepada Katadata.co.id.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang Maret sebesar US$ 4,53 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya US$ 3,83 miliar. Dengan demikian, surplus sudah berlangsung selama 23 bulan beruntun. Kondisi ini tidak lepas dari realisasi ekspor sebesar US$ 26,6 miliar yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Ariston melihat rupiah cukup kuat selama sepekan terakhir sekalipun sentimen rencana kenaikan bunga acuan yang lebih agresif oleh The Fed kembali menguat. Seperti diketahui, sejumlah pejabat The Fed menyampaikan komentarnya terkait rencana pengetatan moneter yang lebih agresif pada pertemuan bulan depan.

Mengutip CNBC Internasional, Gubernur The Fed Jerome Powell dalam diskusi panel IMF semalam kembali berkomentar terkait perlunya untuk bergerak lebih agresif dalam memerangi inflasi.

The Fed akan membahas peluang lenaikkan suku bunga 50 bps pada pertemuan bulan depan. Di samping itu, The Fed juga berencana mulai mengurangi kepemilikan asetnya setelah melakukan quantitative easing besar-besaran selama dua tahun pandemi.

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...