• TikTok menjadi pemegang saham pengendali PT Tokopedia setelah mengakuisisi 75,01% saham e-commerce tersebut dari PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)
  • GOTO tidak perlu bakar uang lagi untuk bisnis e-commerce setelah TikTok masuk sebagai pemegang saham Tokopedia. Ekosistem GOTO pun bakal semakin berkembang. 
  • Ada risiko pengambilan saham PT Tokopedia oleh TikTok batal jika ada beberapa poin yang tidak dipenuhi. Salah satu klausulnya, TikTok atau GoTo belum melakukan penyelesaian transaksi hingga 31 Maret 2024.

Kepastian mengenai masuknya TikTok sebagai pemegang saham Tokopedia, akhirnya terjawab. Perusahaan sosial media asal Cina yang dimiliki ByteDance Ltd ini mengakuisisi 75,01% saham PT Tokopedia, unit bisnis e-commerce PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Isu ini sebelumnya belakangan memang kian santer terdengar di kalangan pelaku pasar, hingga akhirnya peristiwa bersejarah itu terjadi pada 10 Desember 2023. Kedua pihak bersepakat menandatangani perjanjian pengambilbagian saham. TikTok akan menjadi pemegang saham pengendali baru Tokopedia. Hal ini sekaligus menandai babak baru TikTok di bisnis e-commerce setelah TikTok Shop dihentikan sementara oleh pemerintah awal Oktober lalu.

Akuisisi ini bernilai jumbo. TikTok berkomitmen menggelontorkan investasi lebih dari US$ 1,5 miliar di Tokopedia, setara Rp 22,5 triliun. Komitmen investasi itu akan dieksekusi dalam dua skema. Pertama, TikTok bakal menggelontorkan kocek senilai US$ 840 juta atau setara Rp 13,18 triliun kepada Tokopedia terkait pengambil alihan saham tersebut dari GOTO Grup.

Akuisisi 75% saham Tokopedia oleh TikTok ini setara dengan 38.198.745 saham baru yang diterbitkan Tokopedia. Bila dihitung secara kasar, rata-rata harga per unit saham Tokopedia yang dibeli TikTok sekitar Rp 345 ribu.  

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan pendanaan Tokopedia, TikTok juga berjanji membayarkan promissory note dengan jumlah pokok US$ 1 miliar. Namun, kewajiban mengenai promissory note ini akan timbul setelah rencana investasi diselesaikan oleh kedua pihak selambatnya pada kuartal pertama tahun depan yang transisi dan integrasinya dipimpin langsung oleh Direktur Utama GOTO Patrick Walujo.

Meskipun melepas mayoritas saham Tokopedia dan tidak lagi menjadi pengendali, GOTO Grup tetap mempertahankan kepemilikan saham sebesar 24,99%. Manajemen GOTO memastikan tidak ada dilusi saham lebih lanjut di Tokopedia karena adanya komitmen pendanaan Tiktok di masa depan. Kesepakatan  ini sejalan dengan langkah Grup GoTo untuk memperkuat posisi keuangan serta strategi memperluas cakupan pasar.

Sumber Katadata.co.id, yang mengetahui mengenai rencana transaksi ini mengemukakan, TikTok sebelumnya telah mengeksplorasi berbagai potensi kemungkinan sebelum melabuhkan pilihannya kepada Tokopedia. Mulai dari membangun platfom e-commerce sendiri, menjajaki komunikasi dengan pelaku e-commerce lain di Tanah Air. Namun, pilihan mendirikan platform sendiri terlalu rumit, berisiko, dan berbiaya mahal.

Pada akhirnya, seperti yang ditegaskan Executive Director of E-commerce, Indonesia, TikTok Stephanie Susilo, Tokopedia menjadi pilihan sebagai mitra strategis dan kemudian diakuisisi oleh perusahaan karena adanya kesamaan baik dari sisi visi maupun misi.

“Kami menjunjung bisnis, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dan kreator konten lokal,” kata Stephanie, usai konferensi pers Harbolnas 12.12 di Jakarta. 

Hal ini sekaligus menandai periode uji coba integrasi kedua platform tersebut. Fitur layanan belanja dalam aplikasi TikTok di Indonesia dioperasikan dan dikelola oleh PT Tokopedia. GOTO dan TikTok memiliki waktu setidaknya dalam empat bulan ke depan untuk melakukan integrasi secara penuh. Melalui kesepakatan ini, TikTok dan GoTo dapat memperluas manfaat bagi pengguna serta pelaku UMKM Indonesia. 

Pertumbuhan bisnis Tokopedia setelah dikombinasikan dengan TikTok Shop Indonesia ini akan membawa keuntungan bagi GoTo, yang akan tetap menjadi mitra ekosistem bagi Tokopedia. Ini termasuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan layanan keuangan digital melalui GoTo Financial dan on-demand services dari Gojek. GoTo juga akan menerima aliran pendapatan dari Tokopedia sejalan dengan skala dan pertumbuhan perusahaan tersebut. 

INFOGRAFIK: Nafas TikTok Lewat Tokopedia
INFOGRAFIK: Nafas TikTok Lewat Tokopedia (Katadata/ Amosella)

Menakar Dampak Akuisisi TikTok

Bergabungnya kedua entitas ini tentunya akan memberi sederet keuntungan sebagai berikut:  

Arus Kas GOTO Kian Tebal

Transaksi ini akan mempertebal arus kas GOTO. Sampai dengan periode September 2023, GOTO tercatat memiliki kas dan setara kas senilai Rp 24,61 triliun. Nilai ini mengalami penurunan bila dibanding Desember 2022 yang sebesar Rp 29 triliun.

Bila akuisisi ini rampung dan GOTO menambah suntikan dana segar maupun dari promissory note, maka kas maupun setara kas perusahaan gabungan Gojek dengan Tokopedia ini bisa bertambah menjadi sekitar Rp 47,11 triliun. Di lain sisi, GOTO akan memiliki keleluasaan dari sisi operasional dengan memangkas beban biaya promosi di unit bisnis e-commerce setelah tidak lagi menjadi pengendali Tokopedia. Dengan begitu, GOTO bisa makin fokus memperkuat bisnis Gojek dan Gopay.

Mempercepat GOTO Capai Profitabilitas

Mengingat besarnya kedua ekosistem TikTok dan GOTO Grup jika digabung, masuknya TikTok ke Tokopedia akan memperkuat ekosistem Grup GOTO yang pada ujungnya akan menambah pundi-pundi transaksi dan pendapatan perusahaan. Bukan tidak mungkin, target perusahaan mempercepat perolehan profitabilitas dapat terwujud.

Pada kesempatan sebelumnya, Direktur Keuangan Grup GoTo Jacky Lo menjelaskan, perusahaan membukukan perbaikan secara berturut-turut pada margin kontribusi dan EBITDA yang disesuaikan hingga periode kuartal ketiga 2023. Hal ini didorong oleh efisiensi beban operasional, dengan mengurangi redundansi serta pemanfaatan teknologi untuk menekan biaya.

Sepanjang sembilan bulan pertama ini, GOTO berhasil menekan beban iklan dan pemasaran hingga 53,4% menjadi Rp 1,5 trilun dibanding September 2023 lalu Rp 1,5 triliun. Selain itu, beban gaji dan imbalan karyawan juga mengalami penurunan 5,8% menjadi Rp 4,2 triliun dibanding September 2022 lalu Rp 4,5 triliun. 

"Kami terus melangkah menuju profitabilitas, di mana di kuartal ketiga ini unit bisnis on-demand services berhasil mencapai nilai positif untuk EBITDA yang disesuaikan, sebelum alokasi biaya korporasi,” katanya.

Perseroan juga melaporkan perbaikan EBITDA Grup yang disesuaikan sebesar 74% year-on-year mencapai -Rp 0,94 triliun, yang didorong peningkatan monetisasi dan manajemen beban usaha secara disiplin. Di saat yang sama, nilai transaksi bruto atau Gross Transaction Value (GTV) GOTO tumbuh 5,2% menjadi Rp 151 triliun dibanding kuartal II 2023.

Ekosistem GOTO Makin Luas

Tak bisa dielakkan, transaksi ini bakal memperluas basis pengguna kedua ekosistem besar TikTok dan GOTO Grup. Berdasarkan paparan yang disampaikan manajemen GOTO, saat ini terdapat 125 juta pengguna aktif bulanan TikTok di Indonesia dengan lebih dari 6 juta pedagang di TikTok Shop.

Sedangkan, di ekosistem GOTO Grup, pengguna yang aktif bertransaksi setiap bulannya mencapai 52 juta dengan rata-rata jumlah transaksi mencapai 7,5 juta setiap harinya. Kolaborasi keduanya berpotensi meningkatkan pangsa pasar e-commerce di Indonesia menjadi 40%, dengan rincian 35% dari Tokopedia dan 5% dari kontribusi TikTok Shop.

Dalam penjelasannya di hadapan investor, Dirut GOTO Patrick Walujo menyebut pangsa pasar TikTok pada tahun ini merangsek naik dua kali lipat menjadi 11% di tahun ini, sedangkan pangsa pasar GOTO mengalami penyusutan menjadi 23% dari sebelumnya 28%.

"Kami akan kehilangan lebih banyak pangsa pasar jika kami tidak melakukan apa-apa," kata Walujo, seperti diberitakan Bloomberg, dikutip Jumat (15/12). "Setelah kita bergabung, kita memiliki peluang sangat besar untuk menjadi pemain nomor satu dalam pasar yang lebih besar."

Royalti dari Transaksi TikTok

Di sisi lain, menurut Patrick, GOTO tetap akan menerima biaya per kuartal berdasarkan layanan e-commerce yang diberikan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, yang akan berkontribusi secara langsung pada pendapatan GOTO Grup.

Patrik Walujo mengatakan bahwa sekarang lebih mungkin bagi GOTO untuk mencapai target perolehan laba kotor yang disesuaikan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) positif pada kuartal keempat tahun ini.

Sementara itu, Senior Research & Investment Analyst Infovesta, Wawan Hendrayana, berpendapat akuisisi ini akan turut berimplikasi pada ekosistem GOTO lainnya seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO). Hal ini terefleksi dari kinerja saham Bank Jago yang naik 40% dalam sebulan terakhir ke level Rp 3.210 per saham dengan kapitalisasi Rp 44,48 triliun. Sedangkan, saham GOTO sebulan terakhir ini juga naik 10,71% dengan kapitalisasi Rp 111,73 triliun.

Wawan menyebut, dampak transaksi ini mungkin baru akan terlihat pada laporan keuangan GOTO Grup secara konsolidasi tahun buku 2023 dan kuartal pertama 2024 nanti.

“Jika kinerjanya tidak sesuai harapan, ada kemungkinan untuk terjadi koreksi lagi,” kata Wawan, kepada Katadata.co.id, Senin (11/12) lalu.

Sementara, dampak langsung kerja sama ini bagi GOTO, lanjut Wawan, akan memberikan kelancaran keuangan dari tambahan dana TikTok dan  kemungkinan akan menyuntikkan dana lebih banyak keTokopedia. “Saya expect akan ada bakar duit lagi,” kata Wawan.

Gayung bersambut, Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung, berpendapat perusahaan turut merespons positif kolaborasi TikTok dengan GOTO Grup. Ia pun menilai, bergabungnya kedua ekosistem besar tersebut akan memberi peluang baru bagi perusahaan.

“Kita merasa ini salah satu opportunity, salah satu yang positif karena ini kolaborasi dari dua ekosistem yang besar, yang saya percaya akan memberikan banyak manfaat bagi pengguna ekosistem GoTo dan TikTok,” ujar Arief, dikutip dari Antara, Jumat (15/5).

Kerja sama ini secara langsung akan berimbas pada ekosistem GOTO. Pertama, dari sisi transaksi Tokopedia, berpeluang mengalami lonjakan dari sisi nilai transaksi bruto alias gross transaction value (GTV). Keuntungan lain yang diperoleh Tokopedia adalah mendapat akses live commerce, yang sebelumnya lebih dulu dikembangkan TikTok Shop, tanpa biaya dan risiko eksekusi.

Kedua, bagi Gojek, ada potensi menerima lonjakan permintaan dari sisi pengiriman barang dari transaksi Tokopedia. Sedangkan, bank Bank Jago, berpotensi menambah nasabah baru, memperbesar eksposur pendanaan hingga mempertebal penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dari basis pengguna ekosistem TikTok maupun GOTO.

Ada Risiko Transaksi Batal Jika Klausul Tak Terpenuhi

Di atas kertas, penyelesaian transaksi ini memang hanya tinggal menunggu waktu. GOTO menunjuk Goldman Sachs sebagai penasihat keuangan. Manajemen GOTO sebelumnya sempat menyebut ada risiko pengambilan saham PT Tokopedia oleh TikTok batal jika ada beberapa poin yang tidak dipenuhi. Salah satu klausulnya, TikTok atau GoTo belum melakukan penyelesaian transaksi hingga 31 Maret 2024.

"TikTok atau GoTo dapat membatalkan jika pihak lain telah melanggar jaminan atau perjanjian apa pun dalam perjanjian pengambilbagian saham," kata Corporate Secretary GOTO RA Koesoemohadiani, melalui keterangan resminya di keterbukaan informasi BEI, Kamis (14/12).

Apalagi, jika pelanggaran yang disebabkan pihak-pihak terkait membuat kegagalan persyaratan pendahuluan untuk dipenuhi dan pelanggaran tersebut belum diperbaiki. Namun, baik GOTO maupun TikTok akan berupaya keras untuk menuntaskan transaksi ini pada tenggat yang telah ditentukan. 

Akankah kolaborasi ini membuat GOTO meraup laba dalam waktu dekat? Kita tunggu pembuktiannya.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail, Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami