Holding Pariwisata InJourney Berbenah, Apa Strateginya Agar Tak Rugi?

Image title
13 Desember 2021, 17:05
Holding Pariwisata InJourney Berbenah, Apa Strateginya Agar Tak Rugi?
Katadata/Ihya Ulum
Direktur Utama Injourney Dony Oskaria dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, 13 Desember 2021

Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor aviasi dan pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney sedang membenahi bisnis anggotanya. Tujuannya untuk memperbaiki laba bersih anggotanya dan tidak merugi.

Direktur Utama InJourney Donny Oskaria mengatakan, salah satu strateginya dengan menyesuaikan beban biaya terhadap perkirakan pendapatan. Pada 2022 diprediksi masih terjadi koreksi lalu lintas perjalanan, belum pulih seperti 2019 sebelum pandemi Covid-19.

"Kami akan fokus menurunkan beban biaya, sehingga tidak mengganggu bottom line (laba bersih) dan tidak terus merugi," kata Donny dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (13/12).

Seperti diketahui, klaster bisnis InJourney terdiri dari bandara, maskapai, manajemen destinasi, layanan kargo, dan penerbangan lainnya. Perusahaan yang berada di bawah holding seperti Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Hotel Indonesia Natour, Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, serta Sarinah.

Donny mengakui, pandemi Covid-19 menyebabkan InJourney tertekan karena bisnisnya berbasis pariwisata. Meski lalu lintas penerbangan belum pulih pada 2022, InJourney memperkirakan kondisi keuangan seluruh perusahaan anggota holding bisa pulih dan positif.

Selain menghitung ulang struktur beban biaya, InJourney meninjau model bisnis anggotanya setelah Kementerian BUMN membentuk holding. Bisnis model anggota holding berubah karena sebelumnya tidak memiliki benang merah dan tidak punya kekuatan.

Sebelum tergabung di holding, bisnisnya terpecah di beberapa BUMN meski berjenis sama. Seperti perhotelan, banyak BUMN yang punya bisnis tersebut. "Sehingga tidak punya kekuatan yang kuat. Tidak memiliki benang merah, apa yang menyatukan seluruh hotel ini?" kata Donny.

Dengan holding InHourney, misalnya, bisnis hotel BUMN berada di bawah payung Hotel Indonesia Group, menjadi satu operator karena sudah terkonsolidasi. Bisnis hotel di bawah holding akan memiliki 122 hotel sehingga diharapkan menjadi yang terbesar di Indonesia.

Contoh lain dari transformasi model bisnis adalah PT Sarinah. Donny berharap Sarinah menjadi perusahaan operator ritel terbesar di Indonesia. Pasalnya, BUMN memiliki banyak pusat perbelanjaan dan punya hunian berorientasi transit alias transit oriented development (TOD) yang berdiri sendiri-sendiri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...