Pandemi yang Memicu Inovasi Inklusif

Fajri Siregar
Oleh Fajri Siregar - Tim Publikasi Katadata
16 April 2020, 21:05
Fajri Siregar
Katadata
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo

Padahal aspek yang paling membutuhkan perhatian adalah perubahan yang akan dihadapi komunitas dan masyarakat adat setempat. Sebab, akan terjadi migrasi ribuan (bahkan jutaan) manusia ke wilayah mereka. Kembali, riset lintas disiplin dengan perspektif sosial humaniora menjadi kunci di sini.

Jika hendak dipertajam, sebelum memulai wacana pemindahan ibu kota, kita seharusnya menggali kajian-kajian sejarah, geografi, demografi, dan sosiologi tentang transmigrasi di era Orde Baru. Belajar dari pengalaman yang sudah ada, seharusnya inheren dalam melakukan inovasi inklusif.

Dalam dimensi jangka panjang, tantangannya adalah mengintegrasikan aspek sosial humaniora ke dalam seluruh rencana riset dan pembangunan. Hal ini perlu ditunjang dalam kelembagaan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Sebab, pada dasarnya sosial humaniora bukan hanya pelengkap riset sains.

Jika komitmen pemerintah paripurna, bentuk integrasi perspektif ini berwujud hadirnya kedeputian khusus untuk mewadahi riset-riset dalam disiplin sosial humaniora. Seandainya sudah ada, tugasnya adalah memastikan bahwa riset sosial bukan hanya tercantum dalam anggaran. Suara para penelitinya juga perlu mewarnai proses serta hasil riset maupun kebijakan.

Selama ini riset sosial terlalu diidentikkan dengan riset ‘pemadam kebakaran’ yang sifatnya menanggulangi bencana atau problem sosial. Riset sosial terlanjur identik dengan penanganan kasus seperti terorisme, konflik kekerasan, atau sekadar untuk memahami mengapa pelajar perkotaan kerap terlibat tawuran. Sementara pengembangan smart city dianggap sebagai milik para ilmuwan teknologi informasi semata. Cara berpikir dikotomis seperti ini yang seharusnya dibongkar.

Dengan dukungan kelembagaan, agenda riset nasional dipastikan akan mengakomodasi riset sosial humaniora yang bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai perspektif. Dengan demikian, ia akan melekat dalam berbagai isu strategis nasional. Mulai dari ketahanan pangan, pengembangan kota cerdas, kemajemukan bangsa, sampai pada isu strategis lainnya seperti pengembangan industri 4.0.

Kembali, situasi hari ini mengingatkan pentingnya pendekatan lintas disiplin dan riset sosial humaniora untuk diintegrasikan ke dalam tata kelola negara dan tata cara pembuatan kebijakan. Kata inovasi yang sering didengungkan, bukan hanya menyangkut hilirasi dan komersialisasi, tetapi juga inklusi. Oleh karena itu, inovasi inklusif dan pendekatan lintas disiplin berbasis sosial humaniora amatlah penting. Tanpa pandemi sekalipun.

Halaman:
Fajri Siregar
Fajri Siregar
Kandidat PhD University of Amsterdam

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...